“Bunda….sweaterku yang merah jambu mana ya ? Kayaknya kemarin sudah aku masukkan ke dalam koper?” tanya Aya sambil mengaduk-aduk kembali kopernya yang sebelumnya sudah tertata rapi.
Risa menggeleng-gelengkan kepalanya dan bertanya, “Bukannya kemarin Aya taruh di dalam ransel biar gampang diambil sewaktu-waktu?”
Aya menepukkan tangan ke dahi, “Astagfirullah….iya betul!”
“Besok-besok kalau sudah di Yogya, jangan lupa untuk menyimpan barang dengan teliti. Kalau pas mencari barang, dingat-ingat dulu disimpan di mana. Di sana tidak ada Bunda atau Mbak Siti yang bantu nyariin. Kasihan Oma kalau mesti bantuin nyariin” kata Tio panjang lebar menasehati putri sulungnya yang pelupa itu.
“Makanya Bunda ikut aku ke Yogya aja,” kata Aya sambil memeluk erat bundanya.
“Arya mau ikut Kakak,” kata Arya, salah satu adik kembar Aya yang berusia 4 tahun, sambil bergelayut manja ke Aya.
“Arka mau ikut Kakak,” ucap Arka membeo ucapan Arya sambil mendorong-dorong koper kakaknya mengelilingi ruangan seolah memperoleh mainan baru.
Aya tertawa dan memeluk erat adik-adiknya seraya berkata, “Kakak nanti pasti kangen banget Arya dan Arka. Yuk semuanya pindah ke Yogya lagi aja.”
Setelah memasukkan semua koper ke mobil dan siap berangkat, Aya kembali memeluk erat bundanya dan berkata, “Aya berangkat dulu ya Bunda, kalau Bunda sudah ga mual-mual dan pusing-pusing, Bunda jenguk Aya ke Yogya ya.”
Aya kemudian mengecup pipi bundanya dan perut bundanya yang tampak sedikit membulat. Bundanya memang sedang hamil muda dan memasuki bulan ke-3. Benar-benar kejutan yang tak terduga bagi keluarga mereka mengingat usia Risa telah memasuki 39 tahun.
Bunda tersenyum dan mengelus kepala Aya yang tertutup kerudung warna merah muda. Kepergian Aya ke Yogya hari ini memang hanya diantar oleh Tio karena sudah beberapa minggu terakhir ia mudah mual dan muntah.