Bengawan Solo
Riwayatmu kini
Sedari dulu jadi
Perhatian insani
Sore itu , saya menyenandungkan lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang. Bermula dari hujan deras yang melanda kota Solo seharian dan saya mengobrol dengan suami tentang kemungkinan dampak hujan deras itu pada debit air sungai Bengawan Solo.
Mendadak anak saya bertanya, "Mama nyanyi lagu apa ?"
"Lagu Bengawan Solo" jawab saya
Tampak kebingungan di wajah anak saya. Saya kemudian menjelaskan lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang, seorang maestro keroncong terkenal asal Solo. Lagu ini merupakan salah satu lagu nasional yang terkenal di Indonesia, bahkan di Asia.
"Memang tidak pernah diajarkan di sekolah ?" tanya saya.
Anak saya tampak berusaha mengingat-ingat namun kemudian menggelengkan kepalanya. Saya berpikir mungkin lagu itu belum diajarkan kepada anak kelas 5 SD, sehingga kemudian saya bertanya kepada kakaknya yang sudah duduk di kelas VIII. Ternyata kakaknya mengatakan hal yang sama.
Saya menjadi penasaran. Seingat saya, dulu saat saya masih SD, saya hapal banyak lagu nasional, termasuk lagu Bengawan Solo. Saat ini saya juga hapal banyak lagu daerah. Saya bertanya lebih lanjut kepada keduanya.
"Diajari lagu Soleram ga di sekolah ?"
"Sepertinya pernah dengar sih Mah, tapi kayaknya dulu ga diajari di sekolah," jawab Kakak.
"Tahu lagu Sepasang Mata Bola ga ? " tanya saya lagi.
"Lagu apa itu Mah ? Lagunya Kahitna kah ?" adiknya justru balik bertanya dengan wajah serius.
Saya memutarkan mata saya tanda tak percaya mendengar pertanyaannya. Entah anak saya menggoda saya atau dia benar-benar tidak tahu lagu perjuangan ciptaan Ismail Marzuki itu. Saya semakin penasaran. Saya bertanya lagi padanya.
"Lagu daerah Jawa Tengah apa aja Dik ?" tanya saya kepada anak saya yang kecil.
Dia tampak berpikir serius sebelum menjawab dengan penuh semangat, "Ambyar Mah!"
Saya tidak kuasa menahan tawa mendengar jawabannya. Tidak aneh juga kalau anak saya lebih mengingat lagu itu mengingat lagu itu sangat populer dan lebih sering terdengar oleh anak saya.
"Masak sih di sekolah tidak diajarkan lagu nasional atau lagu daerah ?" tanya saya tak percaya.
"Diajarin sih Mah, lagu Indonesia Raya, Hari Merdeka, Syukur, Mengheningkan Cipta" jawab Kakak.
Adiknya menambahkan, "Halo-halo Bandung, Berkibarlah Benderaku dan Satu Nusa Satu Bangsa."
"Lagu daerah seperti Kicir Kicir, Ampar-ampar Pisang atau Bungong Jeumpa ?" selidik saya.
"Oh...itu sih seringnya denger kalau pas dulu naik pesawat Garuda Mah, tapi kalau di sekolah sih engga" jawab Kakak sambil tertawa.
Pembicaraan saya dengan anak-anak sore itu menyisakan pemikiran, "Apakah benar sekarang sekolah tidak lagi mengajarkan lagu nasional dan lagu daerah sebanyak saat saya kecil dulu ?"
Â
Saya masih ingat saat saya masih SD dulu, saya tahu dan hapal lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah karena diajarkan di sekolah. Bengawan Solo adalah salah satu lagu favorit saya, apalagi saya tinggal di Kota Solo sehingga saya merasa memiliki kebanggaan lebih pada lagu ini.
Saya membayangkan apabila sekolah tidak mengajarkan lagu-lagu itu lagi kepada anak-anak maka suatu saat kelak lagu-lagu itu akan terlupakan. Saat anak-anak saya kecil, saya sering menyanyikan lagu-lagu daerah Jawa Tengah kepada mereka, seperti Suwe Ora Jamu, Padhang Bulan, dan Gundul-gundul Pacul. Namun, ternyata sekarang mereka pun tidak mengingatnya saat saya menanyakan lagu daerah Jawa Tengah.
Saya merenung lebih dalam. Kalau lagu daerah tempat mereka dibesarkan saja mereka tidak ingat, apalagi lagu-lagu daerah lain seperti lagu Jali-Jali dari Jakarta, Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan Selatan, Kampuang Nan Jauh Di Mato dari Sumatera Barat.
Terbayang  juga oleh saya, nasib lagu-lagu nasional yang lebih jarang diperdengarkan kepada generasi muda saat ini seperti Sepasang Mata Bola, Gugur Bunga, dan Jembatan Merah. Bahkan di Hari Guru ini, jangan-jangan anak didik sebenarnya lebih familiar dengan lagu Guruku Tersayang yang diciptakan oleh Melly Goeslaw dibandingkan dengan lagu Hymne Guru.
Saya masih berpikir anak-anak saya saja yang lupa bahwa lagu-lagu itu telah diajarkan di sekolah. Saya percaya dan sungguh berharap sekolah tetap mengajarkan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah kepada anak didik.
Lagu-lagu nasional mengajarkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme kepada anak-anak sehingga akan membangun rasa cinta tanah air. Lirik lagu-lagu daerah meskipun seringkali terdengar sederhana, namun penuh makna dan pesan. Selain itu, mengenalkan lagu-lagu daerah kepada anak-anak, mengajarkan anak-anak akan keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia.
Selain berharap pada sekolah, tampaknya ini juga merupakan PR saya untuk memperkenalkan lagu-lagu nasional dan lagu daerah kepada anak-anak saya.
Jangan sampai mereka hanya mengingat lagu Ice Cream oleh Black Pink, sementara mereka tidak mengenal lagu Bengawan Solo. Jangan sampai mereka hanya hapal lagu Ambyar oleh Alm. Didi Kempot, namun mereka tidak tahu lagu Gundul Gundul Pacul.
Bengawan Solo.... Riwayatmu Kini....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H