"Iya Mas, untuk biaya persalinan insya Allah ditanggung oleh BPJS. Jadi kita tinggal siapkan untuk perlengkapan bayi dan beberapa kemarin sudah kita beli."
Ade terdiam. Dia memikirkan perlengkapan bayi yang masih harus disiapkan. Ade  termenung dan tak menyadari saat Laras beranjak pergi ke kamar.
Ade tersadar saat Laras meletakkan cincin di telapak tangan Ade. Ade menatap cincin tersebut kebingungan. Itu cincin kawin yang tak lagi muat di jari Laras sejak ia hamil tua.
"Apa ini Laras ?"
Laras sejenak terdiam. Ia menatap dan mengelus cincin itu dengan penuh rasa sayang, sebelum berkata, "Cincin ini dijual saja Mas. Untuk membeli perlengkapan bayi dan jaga-jaga kalau ada biaya lainnya yang tidak ditanggung BPJS."
"Tidak usah Laras. Ini cincin kawinmu, tanda ikatan cinta kita berdua," ujar Ade sambil menggelengkan kepalanya.
Laras tersenyum. Digenggamnya tangan Ade dan dibawanya ke perutnya.
"Ini tanda ikatan cinta kita berdua Mas. "
Ade tetap bersikeras menolak permintaan Laras dan berkata, "Tidak Laras, kau sangat menyayangi cincin itu. Aku akan mengojek lebih lama agar dapat uang lebih banyak."
"Aku menyayangi Mas Ade dan anak ini jauh lebih besar dibanding dengan cincin itu. Kelak Mas Ade bisa membelikanku lagi cincin kawin seperti itu," tutur Laras sambil mengelus perutnya.
Ade terdiam. Dipandangnya Laras dengan penuh rasa cinta dan sayang. Tak terasa mata Ade terasa basah oleh air mata.