Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Pemecah Bangsa Melalui Medsos

22 September 2023   14:17 Diperbarui: 22 September 2023   14:18 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin dari kita masih ingat Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2016 yang memenangkan Donald Trump dari partai Republik. Dia menang atas calon presiden dari partai Demokrat yaitu Hillary Clinton.

Meski media sosial sudah mulai dipakai untuk menyebarkan program dan kampanye kandidat Presiden ( tahun 2006 dan 2010) oleh presiden Barack Obama melalui twitter, namun pemilu 2016 itu memberikan nuansa berbeda.

Seluruh dunia tahu bahwa Trump diuntungkan oleh media sosial, khususnya Facebook. Namun isi media sosialnya sebagian besar adalah berita bohong yang diubah sedemikian rupa seakan menjadi satu kebenaran. Tim Trump merekayasa media sosial dan memasukkan nilai-nilai anutan Trump, masuk ke ranah psikologis masyarakat AS. Inilah yang kemudian mempengaruhi mereka memilih Trump dibanding Clinton.

Teknik rekayasa media sosial itu teramat canggih sehingga pemilik Facebook, tidak sadar dan awalnya membantah dan kemudian sadar bahwa teknologi milik perusahaannya telah dipakai untuk tujuan tertentu. Lebih parahnya adalah untuk menraih simpati untuk informasi yang tidak benar. Begitu juga dengan Hillary Clinton yang juga sadar bahwa kemenangan lawannya tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan sebenarnya, karena rekayasa itu.

Namun di atas semua itu, AS telah mengajarkan sportivitas di atas segalanya. Karena itu setelah diumumnkan oleh banyak media massa bahwa Trump mengungguli hampir di semua negara bagian, Hillary dengan sportif menerima kekalahan itu dan mengucapkan selamat ke Trump. Ini dilakukan Hillary pertama untuk rasa sportifnya dan kedua karena tidak ingin negaranya terpecah jika dia mempersoalkan rekayasa pada kampanye media sosialnya itu, yang mempengaruhi banyak sekali warga negara untuk memilih Trump.

Ini adalah pembelajaran berharga bagi Indonesia. Indonesia, sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah rumah bagi berbagai macam suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama yang beraneka ragam. Keberagaman ini merupakan salah satu kekayaan terbesar kita, yang harus dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan tanggung jawab.

Persatuan dan persaudaraan adalah pondasi yang kokoh bagi kemajuan sebuah bangsa, dan dalam konteks Indonesia, kedua nilai ini memiliki peran krusial dalam menjaga keharmonisan sosial dan kemajuan negara. Jangan sampai kita seperti masyarakat AS yang terjebak pada bujuk rayu pihak yang sebenarnya akan memecah belah kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun