Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diversity Lives Matter, Apa Itu?

8 Juli 2020   08:37 Diperbarui: 8 Juli 2020   09:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang belum bisa sepenuhnya melupakan peristiwa George Floyd, seorang Afrika Amerika  yang meninggal pada tgl 25 Mei 2020 setelah lehernya ditindih lutut seorang polisi selama tujuh menit karena ditengarai membayar rokok dengan uang palsu di sebuah minimarket. 

Floyd akhirnya meninggal dan membuat gelombang aksi protes tidak saja di Amerika tapi seluruh dunia menentang rasisme atau perbedaan perlakuan karena warna kulit.

Setelah itu kata'I can't Breath' (saya tak bisa bernapas : ucapan Floyd kepada polisi yang menindihnya)  dan kata BlackLivesMatter (nyawa kulit hitam itu penting) mendunia dan dipasang di setiap spanduk protes masyarakat dunia demi aksi rasisme tersebut. Banyak demo yang awalnya berlangsung damai namun kemudian menjadi rusuh dan berbahaya dengan memecah kantor polisi, menjarah toko-toko di kawasan elit, gas airmata di mana-masa serta peluru karet ditembakkan ke kerumuman  massa.

Kasus rasisme di Amerika Serikat itu mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa harus ada persamaan pemahaman soal perbedaan dan perlakuan terhadap perbedaan itu. 

Tidak hanya soal konstitusi tapi juga roh bagi semua orang di negara itu. Amerika Serikat sebenarnya punya satu perbedaan mendasar yang terdapat pada rakyatnya yaitu warna kulit  yaitu kulit hitam dan kulit putih, dimana kulit hitam selalu dianggp inferior dibandingkan kulit putih. 

Dulu bahkan ada pahlawan AS yang berjuang bagi warga kulit hitam yaitu Marthin Luther King. Namun meski kulit hitam punya persamaan dengan kulit putih dalam konstitusi AS, namun aura perbedaan antara keduanya masih saja terjadi. Selepas Marthin Luther King ada banyak orang yang masih mengalami diskriminasi tersebut sampai kasus George Floyd itu terjadi.

Kasus rasisme dan demo besar-besaran sampai dunia internasional itu harus menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa apa yang terjadi di AS itu tidak terjadi di Indonesia. Bahkan negara ini berdiri dengan berbagai perbedaan sebagai kekuatan bukan sebagai halangan. Ada ratusan suku bangsa dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas sampai pulau Rote. 

Kita juga punya beberapa warna kulit yang menjadi rakyat Indonesia, juga bahasa dan keyakinan dan semua perbedaan itulah yang menjadi roh ; nyawa bagi bangsa kita dan kita tetap hidup damai, bersatu sampai sekarang dengan bertoleransi. Bagi kita bangsa Indonesia, bukan semboyan Black Lives Matter yang berlaku tetapi Diversity Lives Matter; roh keragaman itu penting bagi bangsa kita.

Karena itu keberagaman amat penting bagi Indonesia; symbol bagi kekuatan juga menjadi falsafah kita. George Floyd dan protes akbar itu jadi momentum bagi rakyat kita bahwa perbedaan yang kita punya harus diolah dan dirawat sedemikian rupa. Jangan sampai roh penguat itu dirusak hanya dengan provokasi dangkal yang tak masuk akal, entah melalui 'pintu' perbedaan agama, atau perbedaan suku.

Ingatlah, Diversity Lives Matter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun