Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Maya Butuh Pesan yang Menyejukkan

8 Februari 2018   07:21 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:33 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun politik seperti sekarang ini, rawan sekali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan pilkda damai. Dunia maya mulai dikotori dengan pesan-pesan yang menyudutkan dan menjelekkan pasangan calon. Hal tersebut tentu bukan tanpa maksud. Atas nama demokrasi, upaya mendiskreditkan pasangan calon dilakukan. Dengan berdalih kebebasan berekspresi, seseorang bisa bebas menjelekan lain. Atas nama human right, seseorang bisa mengatakan menjunjung tinggi kemanusiaan, tapi esok hari berubah haluan ke pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Politik memang penuh dinamika. Tapi dunia maya juga mempunyai dinamika tersendiri. Berbagai kepentingan banyak memanfaatkan wilayah ini, untuk mendapatkan eksistensi. Siapa yang menjadi bintang, maka dialah yang bisa mengendalikan dunia maya. Siapa yang punya pengaruh, dialah yang mampu menjadi pusat perhatian publik. Wajar kiranya jika siapapun yang bisa mendapatkan eksistensi di sosial media, dialah yang menjadi bintang di era milenial seperti sekarang ini.

Dunia maya telah memberikan ruang untuk menyalurkan ekspresi. Dunia maya juga telah memberikan kemudahan, untuk menyebarluaskan informasi yang kita inginkan. Sayangnya, kemudahan ini justru dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggungjawab, untuk menyebarkan konten negative, ujaran kebencian, provokasi radikal dan lain-lain. Pesan-pesan yang tidak menyejukkan itu, akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat yang tidak mempunyai literasi media yang kuat. Masyarakat akan menelan mentah-mentah setiap informasi yang ada. Pada titik inilah, provokasi akan mudah mengendalikan masyarakat.

Karena saat ini kita tinggal di era milenial, jangan mau mudah diprovokasi. Kenapa? Karena di era ini kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya. Cek riceklah setiap informasi yang ada di sumber yang terpercaya. Jika masih belum yakin, tanyalah kepada guru, tokoh, ulama, atau siapa saja yang kira-kira bisa dipercaya. Setelah itu, gunakan cernalah dengan menggunakan akal dan pikiran yang telah diberikan Allah kepada kita. 

Jika sekiranya masuk di akal, kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan, maka informasi itu patut dipertimbangkan untuk dipercaya. Kita harus menanamkan semangat literasi media semacam ini, karena informasi yang berkembang saat ini multi tafsir, penuh kepentingan, dan tak jarang disusupi sentimen SARA.

Dunia maya sudah terlalu banyak pesan-pesan negatif. Ujaran kebencian sudah tak terhitung jumlahnya. Saatnya, kita sebagai generasi milenial harus mampu membersihkan sosial media kita dari segala pesan yang menyesatkan. Jangan hiraukan segala bentuk ajakan untuk saling membenci. Jangan hiraukan pula ajakan untuk melakukan tindakan, yang tidak ada manfaatnya. Ingat, kita tinggal di negara yang sangat toleran. Berbagai agama yang ada di Negara ini, tidak ada satupun yang mengajarkan kebencian. Lalu, jika masih ada tokoh atau orang yang mengajak atau mempengaruhi untuk saling membenci, apa dasarnya?

Mari mulai dari detik ini, untuk aktif menyebarkan pesan damai di dunia maya. Dengan menyebarkan pesan damai, kita akan ikut memberikan kesejukan di dunia maya. Secara tidak langsung, kita juga bisa membersihkan atau setidaknya meminimalisir pengaruh negative, yang ditimbulkan oleh konten-konten negative tersebut. Dan di tahun politik ini, mari kita saling mengendalikan diri. Kita jaga sosial media dari segala bentuk provokasi. Dan yang lebih penting adalah, menjaga lisan dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun