Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersama Menjaga Kemajemukan

9 April 2017   22:22 Diperbarui: 9 April 2017   22:29 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Islam Nusantara - http://islamalternatif.com

Indonesia merupakan salah satu dengan penduduk yang beraneka ragam. Keberagaman penduduk di Indonesia, mungkin tidak ada duanya di dunia ini. Indonesia mempunyai puluhan ribu pulau, dengan berbagai macam suku dan budaya. Ras Melayu dan Austro Melanesia mampu hidup berdampingan di negeri yang kaya ini. Ketika etnis Tionghoa masuk sekitar abad 13 Masehi, masyarakat lokal ketika itu mulai menyerap kebudayaan bangsa ini. Muncullah kemudian agama Budha dan Konghucu di Indonesia. Agama itupun ternyata cukup diterima ketika itu.

Begitu juga ketika Islam masuk ke Indonesia. Agama ini berbaur dengan agama yang telah ada sebelumnya. Ketika itu, Wali Songo menyebarkan agama ini, dengan penuh persahabatan, tidak pernah ada paksaan, begitu juga dengan kebencian. Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Karena memang begitulah Islam yang sebenarnya. Dalam konteks Indonesia, dikenal istilah Islam Nusantara. Islam nusantara merupakan agama Islam yang sangat menghargai yang namanya keberagaman, perbedaan, mengedepankan kerukunan antar umat beragama.

Karakter islam nusantara sangat mengedepankan persatuan dan kesatuan. Indonesia merupakan negara kepulauan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, muslim di Indonesia dan di Timur Tengah atau Barat, mempunyai mentalitas yang berbeda. Masyarakat kepulauan mempunyai semangat yang kuat, untuk tetap terus menjaga persatuan dan kesatuan. Karena itulah salah satu ciri khas masyarakat Indonesia adalah gotong royong.

Jika di luar kita mengenal tembok berlin, jalur gaza, ataupun pemisah antar pihak yang berbeda. Di Indonesia, tidak ada istilah itu. Tidak ada batas antara Jawa dan Sumatera, begitu juga dengan Kalimantan dan Sulawesi. Perairan bukan menjadi pemisah antar pulau. Melainkan justru menjadi penghubung antar pulau. Masyarakat dari berbagai suku saling terhubung. Masyarakat dari berbagai macam karakter saling mengenal. Itulah Islam nusantara. Islam yang mengajarkan kerukunan antar umat beragama.

Kemajemukan tidak bisa dibatasi hanya pada hubungan antar keyakinan, namun juga hubungan internal antar kelompok. Dalam Islam sendiri mengajarkan agar umat muslim saling mengenal satu dengan yang lainnya. Hal ini diperlukan, karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Meski berbeda, semua manusia di mata Tuhan adalah yang sama. Yang membedakan adalah kadar keimanannya. Dalam kehidupan sehari-hari, yang dilihat adalah perilaku dan perkataannya.

Saat ini, dinamika politik telah membuat masyarakat yang mengedepankan keberagaman ini, begitu mudah mempermasalahkan perbedaan. Demi mendapatkan kekuasaan, mereka begitu mudah menyalahkan orang lain dan selalu menganggap dirinya paling benar. Ironisnya, kelompok ini juga sering melakukan politisasi agama demi mendapatkan simpati masyarakat. Perilaku yang sering dilakukan oleh kelompok radikal ini, pelan-pelan telah masuk dalam pikiran sebagian masyarakat. Jika mereka terus dibiarkan, maka praktek intoleransi akan terus berkembang. Ujaran kebencian semakin sering kita temukan. Dan tindak pidana terorisme, akan terus terjadi di berbagai daerah. Apakah kita ingin merasakan kondisi semacam ini? Jawabnya tentu saja tidak.

Jika tidak ingin, mari kita rapatkan barisan dan tangan kita, untuk terus menghalang masuknya paham radikalisme. Mari terus menanamkan komitmen untuk terus melawan radikalisme dan terorisme, yang mencoba mengganggu keberagaman negeri ini. Karena kita tinggal di Indonesia, dank arena keberagaman itu sudah menjadi bagian dari Indonesia, sudah semestinya kita mati-matian untuk menjaganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun