Perlu peran dan kebijakan pemerintah untuk mendorong berbagai bentuk kreatifitas anak muda secara produktif. Namun puncak dari dukungan tersebut harus menghasilkan kemandirian dan independensi anak muda dalam berkreasi.
Kemandirian akan menjamin ketahanan dan keberlanjutan berbagai inisiatif serta menghasilkan modal sosial unggul dari sebuah bangsa. Hal tersebut dinyatakan oleh pegiat kewirausahaan sosial, Dimas Oky Nugroho, di acara "Kumpul Pemuda Kampung Surabaya" di Kampung Lawas Maspati Bubutan, Â Surabaya, Â Minggu (11/11/2018).
Dimas yang juga Koordinator Gerakan Kolaborasi Positif ini menilai modal sosial yang maju, inovatif dan berdaya tahan tinggi pada generasi mudanya menjadi aspek penting yang harus dimiliki oleh Indonesia.
Anak muda harus dapat memanfaatkan momentum bonus demografi secara optimal untuk penguatan kapasitas dan perluasan jaringan.
"Anak-anak muda dapat menyatukan diri dalam sebuah visi bersama, bertemu dalam common platform, lalu melakukan tindakan atau aksi bersama yang secara sosial ekonomi produktif bagi diri dan komunitas atau lingkungan mereka," ujarnya.
"Proses itu memiliki otentisitas atau kekhasannya sendiri-sendiri, negara hanya memfasilitasi, namun anak-anak muda sendiri yang harus mampu mandiri untuk bertahan, berkembang dan memiliki usaha yang berkelanjutan. Kolaborasi disini menjadi penting," katanya lagi.
Dimas menyarankan anak-anak muda Indonesia ke depan harus dibekali oleh pendidikan kompetensi yang baik. Kompetensi dalam hal ini adalah pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan perilaku (attitude) atau integritas yang baik.
Sementara pada sesi diskusi sebelumnya dibahas pula mengenai tantangan modal sosial anak muda ini dalam dunia digital. Nora Ayudha dari Komunitas Dialektika Fajar Budhi menekankan adanya kebutuhan agar pemuda teredukasi secara lebih bijak.
"Anak muda dapat membangun kesadaran untuk menempa dirinya, Â salah satunya adalah kesadaran literasi sejak dini", ujar Nora. Menurutnya, kebutuhan literasi yang cukup akan membuat masyarakat terhindar dari hoax.
Wahyuning Tri selaku peneliti Pusham Surabaya, juga menekankan kesadaran literasi yang bijak juga dapat membawa anak muda menjadi pionir dalam merawat kebhinekaan.
"Tantangan bagi anak muda saat ini ialah bagaimana agar mereka mampu menerima dan menghargai perbedaan. Intoleransi adalah poin penting yang harus dilawan oleh anak muda," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H