Saya mengajari putra saya berulang-ulang dan harus mengibarkan bendera kesabaran. Â Hasilnya tidak langsung sesuai, ada proses trial and error yang astagfirullah, namun bila telah beradaptasi para ABK sangat fokus dan cekatan melakukan pekerjaan berulang-ulang.
Saya pun mengamati bahwa putra saya senang berdoa, maka saya pun mendaftarkan putra saya menjadi anggota auxilier (pendoa) di Legio Maria BRI Paroki Santo Nikodemus Ciputat dan telah diterima legio. Â Rasa percaya diri putra saya semakin berkembang.
Setiap saya berkegiatan yang ada di benak saya adalah apakah putra saya dapat berpartisipasi juga, maka saat donor darah dan mendaftar sebagai pendonor kornea mata pun saya libatkan putra saya.
PERAN PEMERINTAH DAN PERUSAHAAN
Peran Pemerintah dalam hal menunjang keberhasilan edukasi tinggi bagi ABK sangat diperlukan, khususnya dalam memberikan fasilitas praktek dan regulasi insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan yang merekrut pekerja para ABK.Â
Perusahaan pun dapat menyalurkan program CSR kepada sekolah tinggi ABK sebagai bagian dari partisipasi sosial yang selanjutnya dapat meringankan pajak perusahaan. Â Dalam hal ini lagi-lagi peran serta Pemerintah menjadi faktor kunci.
Banyak pekerjaan yang dapat dialihdayakan kepada ABK dan dapat dilakukan di rumah, lantas disetorkan ke kantor, antara lain: industri restoran memberikan kesempatan membuat packing box, memasukkan sedotan atau sendok ke boks atau industri pembuatan boneka memberi kesempatan ABK melekatkan rambut ke kepala boneka , dan masih banyak lagi.
Bukan nilai uang yang menjadi faktor utama pemberdayaan ABK, namun proses memanusiakan manusia dan menanamkan growth mindset masyarakat Indonesia bahwa ABK pun dapat mandiri (independen atau semi independen). Â Proses ini yang patut kita syukuri.
Saya sadar mimpi akan Indonesia "Yang Ramah ABK" masih panjang upayanya, apalagi menyamakan keinklusifitasannya seperti di negara-negara maju.
Ooo000