Â
Pada keberjalanan KKN, Pemerintah Jawa Barat merupakan sumber dana utama KKN-T ITB ini dengan dana sebesar Rp400.000.000, namun karena sejumlah prosedur dan birokrasi yang lama, dana yang turun dari pemerintah telat dari waktu yang telah ditentukan/dalam perjanjian, dana baru turun sekitar 6 bulan setelah KKN selesai, hal ini membuat beberapa pihak termasuk mahasiswa tertekan masalah dana dan puncaknya adalah pembatalan program kerja pada salah satu tema.
Â
"KKN di ITB itu agak berbeda dengan KKN di Universitas lain, di sini kepanitiaannya diurus oleh mahasiswa, tidak ada dosen yang campur tangan kecuali dosen penanggung jawab, itupun bertanggung jawab hanya atas hal administratif, kepanitiaanya dibuat secara volunteer (biasanya panitianya angkatan yg pernah menjadi peserta KKN tahun sebelumnya), pendaftarannya dibuka mepet dengan hari eksekusinya, kalau tidak salah sebulan sebelum eksekusi, jadi para peserta tidak sempat mencari aliran dana lain(sponsor), dananya hanya bergantung pada Pemerintah Daerah Jawa Barat, selain itu KKN di ITB itu aplikatif, outpunya adalah hal yg fisik, bukan fiktif". Ujar Dhekanegara, Teknik Sipil Basah angkatan 2012, ketua tema Infrastruktur yang memiliki program kerja membangun bangunan Sekolah Dasar Islam di desa Cipining,
Â
Ia menambahkan, "Saya sempat tertekan masalah dana yang tidak jelas datangnya kapan, sedangkan program kerja tema saya itu adalah hal yang persiapannya harus matang, tapi saya paham bahwa birokrasi itu hal yang tidak mudah, terutama di Indonesia, saya dan teman-teman saya sebanyak 31 orang yang terdiri dari bermacam-macam jurusan harus menjalankan program kerja kami selama 20 hari eksekusi, belum lagi persiapannya hanya 2 minggu, dan tanpa sponsor, saat itu kami hanya bermodalkan persiapan secara teoritis seperti design struktur, mix design bahan, RAB, dan beberapa hal teknis yang sekiranya bisa kami siapkan pada saat itu, bisa saja saya batalkan prokernya karena saya memiliki kewenangan, namun jika seperti itu rasanya ada beban moral, kami sempat memberi harapan kepada warga desa saat FGD akan melakukan sesuatu di Cipining, kasian juga mereka, tempat belajarnya hanya bisa nampung 20 orang rasanya seperti kamar kos-kosan, sedangkan muridnya lebih dari itu, kalo hujan tidak bisa belajar karena bocor".
Â
Briefing Tema Infrastruktur
Â