Kau dengar di sana, gemericik air yang jernih dan dingin seolah terhenti
Tergantikan oleh gemuruh longsornya tanah tanpa penahan akar pepohonan tinggi
Mengapakah demikian alam seolah menangis dalam derai air mata?Â
Tak hanya erosi yang tak tertahan, bahkan banjir pun deras melanda
Apa yang sudah kau buat hai para insan pada alam semestaÂ
Bukankah dulu bersahabat erat
Bukankah dulu menjaga kelestariannya
Tak ada eksploitasi alam berlebih yang menjerat
Mampukah kini kembali lagi membina persahabatan baik dengan semesta
Sehingga tak lagi amarah alam seolah menghukum penghuninya
Kau, aku, dia, mereka semua kena
Ingatlah jangan terlena oleh keuntungan semata lalu mengabaikan jeritan alam
Ia memanggil dengan rintihan pilu melalui protesnyaÂ
Semoga kau, aku, dia, mereka mendengar keluh kesahnyaÂ
Buka hati, buka telinga, dan mata, cintailah alam semestaÂ
Siapakah yang akan menanggung runtuhnya atap, tembok, dan rumah?
Kalau bukan kita semua lantas apakah itu salah pada alam itu sendiri?Â
Bangun dan bersahabat lah pada nya agar hidup tentram dan damaiÂ
Melalui goresan pena ini semoga kita semua sadar dan bangkit untuk lebih ramah pada alam
****
Puisi kolaborasi antara ABy dan Willi Andy untuk Inspirasiana.
Desember 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H