Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Resolusi Bukan Solusi, Tanpa 2023

14 November 2022   07:00 Diperbarui: 14 November 2022   07:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“EVALUASI akan menjadi sia-sia dan RESOLUSI tak akan menjadi SOLUSI, tanpa 2023.”

Karena mungkin waktu tidak akan menunggu kita hingga 2023 tiba.

Sekarang, tahun 2022, bulan November, tanggal 7, jam menunjukkan angka 12, di mana menit dan detik terus bergulir.

Melihat ke belakang dan ke depan, ke kiri dan ke kanan. Saya seperti berdiri di tengah persimpangan jalan. Rasanya ingin bertanya dengan lampu lalu lintas, kapan saya bisa melangkah?

Ya, karena hidup itu memang seperti persimpangan jalan, yang selalu penuh dengan pilihan.

Tapi membaca rambu-rambu kehidupan tidak semudah membaca rambu-rambu di persimpangan jalan.

Melihat kita sudah tiba di penghujung tahun 2022, penyesalan terbesar saya adalah menjadi tidak peka terhadap apa yang ada di sekitar saya. Yang kedua adalah menunda.

Sering kali saya merasa suara hati dan suara Tuhan mengingatkan, tapi terabaikan. Yang berakhir dengan penyesalan.

Karena waktu tidak bisa diulang.

Waktu terus berlari dan tidak menunggu siapapun.

Namun, tidak ada kata ‘jika’.

Saya tidak menyangka bahwa sesuatu yang saya genggam saat itu dan waktu itu adalah sesuatu yang sangat berharga.

Bila berkata, "tidak terpikir" dan "tidak bermaksud". Sekarang saya menyadari bahwa ketidakpekaan dan ketidakpedulian itu adalah suatu kebodohan.

Saya jadi kembali teringat dengan nasihat lama:

"Uang itu bisa dicari. Kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang. Begitu juga dengan waktu. Waktu itu tidak bisa diputar kembali."

Alasan kenapa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, karena kebahagiaan yang diperoleh dengan meluangkan waktu kita untuk seseorang yang kita sayangi itu jauh, jauh lebih berharga.

Sehingga, saya bertekad, saya ingin menjadi orang yang lebih peka dan lebih baik lagi.

Ketika tiba waktunya untuk berubah,

Evolusi tidak perlu menunggu resolusi tahun baru untuk menjadi solusi.

Saya berusaha untuk selalu sadar dan mulai mengingatkan diri sendiri untuk menjadi lebih peka, lebih peduli, mulai detik ini tanpa menunggu tahun 2023.

Kenapa kita menunda melakukan perbuatan baik?

 

Evaluasi diri itu perlu dan harus dimulai sedini mungkin.

Karena saya ingin sesegera mungkin berubah menjadi diri saya yang lebih baik.

Jangan ditunda dan jangan menunggu momentum untuk berubah.

Untuk beberapa hal, kita tidak bisa mengejar waktu yang telah hilang.

Sebenarnya, kalau sekarang saja tidak mau berubah, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berubah.

Sekarang akan jadi masa lalu, dan hari esok akan jadi hari ini.

Evaluasi 2022 akan menjadi sia-sia kalau dibiarkan saja. Resolusi tidak akan pernah jadi solusi kalau tidak dijalankan dan kita hanya terus menunggu hari esok yang tidak kunjung datang.

Apa bedanya resolusi hari ini atau besok atau 2023?

Saya hanya ingin menjadi lebih peka dan peduli. Dengan begitu, saya bisa lebih menghargai apa yang saya miliki dan melakukan hal-hal kecil untuk kebaikan yang lebih besar.

Maka, resolusi saya mulai detik ini, bukan resolusi 2023: untuk menjadi lebih baik, lebih peduli, dan berhenti menunda.

Saya akan terus berusaha untuk mengingatkan diri saya sendiri untuk terus berubah. Dimana pun. Kapan pun.

Mulai dari kata-kata dan cara bersikap.

Jangan sampai apa yang saya ucap dan katakan menyakiti orang lain. Jangan sampai saya menyesali sesuatu yang saya belum perbuat.

"Berbuatlah yang terbaik saat ini dan serahkan sisanya pada Tuhan."

Semoga apa yang kita harapkan akan tercapai.

Melina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun