Menjelang berakhirnya tahun, biasanya santer terdengar penyampaian resolusi
Dibunyikan dalam diam ataupun ditulis pada lembar diary. Diberitakan pada media sosial maupun digumamkan dalam hati.
Apa itu resolusi?
Katanya, seseorang menggariskan resolusi demi mencapai tujuan baik di tahun mendatang. Umumnya terdiri dari:
- Keinginan menyinambungkan perbuatan baik.
- Meninggalkan perilaku buruk.
- Melakukan atau menambah kegiatan bermanfaat.
- Meninggikan kualitas hidup.
- Mencapai tujuan spesifik.
- Mencoba kebiasaan baru.
- Menjadi lebih sehat.
- ... (selanjutnya tambah sendiri).
Dengan kata lain, resolusi akhir tahun adalah resultan dari rangkaian pernyataan kehendak untuk berubah lebih baik. Kebulatan tekad yang digariskan setelah mengevaluasi kelakuan dan sepak-terjang dalam tahun berjalan.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap pencapaian tahun berjalan dibandingkan resolusi tahun sebelumnya.
Apabila, menurut penilaian, pencapaian tahun berjalan tidak sesuai dengan sebagian besar kebulatan tekad tahun sebelumnya, maka bolehlah seseorang menggariskan resolusi yang sama dengan tahun lalu.
Bila pada tahun depannya tidak tercapai juga?
Bikin resolusi sama lagi seperti yang disebutkan sebelumnya. Demikian seterusnya.
Lha, jadi buat apa dong bikin evaluasi tahun berjalan dan resolusi akhir tahun? Untuk apa menilai pencapaian tahun 2022 dan membuat resolusi 2023?
Pergantian tahun merupakan kesepakatan untuk melakukan evaluasi lalu membuat resolusi. Pada hakikatnya ia adalah momentum pergantian siklus kehidupan dihitung berdasarkan waktu bumi mengelilingi matahari.
Mestinya ada perubahan signifikan dalam kehidupan, namun senyatanya transisi itu tidak terasa. Sama saja. Flat.
Itu yang saya rasakan. Bisa jadi saya membuat evaluasi dan menyusun resolusi tidak terlalu serius.
Mungkin juga karena baru-baru belakangan ini saja saya ikut-ikutan orang lain membuat resolusi, sehingga menjadikan penilaian dan rencana perubahan ihwal abstrak belaka.
Jadi untuk apa saya mengevaluasi perilaku di tahun 2022 dan membuat resolusi 2023, bila tidak ada perubahan?
Untuk diri sendiri, saya tidak akan berpanjang-panjang waktu menilai dan merencanakan sesuatu.
Lebih baik berlaku lebih realistis. Berpikir tentang penilaian dan rencana hari per hari. Membuat evaluasi yang terjadi pada hari baru lalu membuat resolusi untuk besok.
Jadi, saya mulai berpikir untuk membuat penilaian atas perilaku kemarin, menjalani hidup hari ini dengan lebih baik dibandingkan hari lalu, dan membuat rencana lebih baik lagi untuk hari esok. Demikian seterusnya.
Kemarin adalah film yang tidak bisa diputar ulang. Hari ini adalah hidup penuh optimisme. Besok adalah harapan terbentang, bila masih diizinkan bernapas.
Dengan itu saya mengelola evaluasi dan resolusi dari hari ke hari.
***
Artikel dibuat oleh Budi Susilo untuk mengikuti event Inspirasiana.
#Evaluasi 2022 Resolusi 2023 #Event Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H