Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadikan Wu-wei sebagai Resolusi Tahun Baru

13 November 2022   10:14 Diperbarui: 13 November 2022   10:14 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Wu-Wei

Dalam Bahasa Indonesia, Wu-Wei berarti tidak melakukan apa-apa. Filsafat ini dibuat oleh Lao-tze dan tertulis dalam kitab Tao Te Ching. Tapi, jangan salah paham dulu. Wu-wei bukan mengajak kamu, kamu, dan kamu untuk rebahan.

Lao-tze menjelaskan jika bahwa pada dasarnya hidup mengalir sesuai hukum alam. Pohon yang tumbuh di sekitar kita, air sungai yang mengalir, dan burung di udara hanyalah sebagian kecil contoh tentang bagaimana prinsip Wu-wei bekerja.

Artinya, seyogyanya manusia berpikir dan bertindak sebagaimana perilaku alami. Artinya tidak ngotot dan memaksakan kehendak.

Mengapa Hal Ini Penting?

Dalam dunia modern, tuntutan kerja seringkali menimbulkan beban yang berat. Baik secara fisik maupun psikis. Namun, ia tetap harus dijalankan agar hidup kita aman-aman saja.

Namun, yang terjadi seringkali beban yang muncul tidaklah nyata. Hanya sebatas lintasan pikiran saja. Namanya, Over thinking. Alias mengkhwatirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu.

Wu-wei mengajarkan beberapa prinsip yang seharusnya dijalankan, agar diri ini tidak terlalu terbebani dengan segala bentuk modernisasi zaman.

Apa yang kita khawatirkan belum tentu terjadi

Saya teringat dengan sebuah kutipan dari Bhante Uttamo, "99% dari kekhwatiran belum tentu menjadi kenyataan. Sisa 1% akan menyesuaikan dengan kemampuan kita untuk menanganinya."

Artinya, terkadang manusia terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu. Terlalu banyak scenario yang bertumpah ruah dalam otak yang hanya sebesar batok kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun