Baru-baru ini kita dibuat cemas oleh aneka kejahatan jalanan yang menyasar anak dan remaja sebagai korbannya. Salah satu kasus yang mencuat adalah penusukan terhadap seorang anak di Cimahi.
Korban (12 tahun) meninggal dunia setelah ditusuk oleh pelaku yang ingin menguasai ponsel korban. Pelaku kini sudah ditangkap pihak kepolisian.Â
Apa saja 3 kiat mencegah kejahatan jalanan terjadi pada anak dan remaja? Berikut ini 3 cara mencegah kejahatan jalanan terjadi pada anak dan remaja:
Pertama, bekali anak dan remaja dengan keterampilan mengenali risiko kejahatan jalanan
Anak dan remaja masa kini adalah anak dan remaja yang sebenarnya jauh lebih mampu belajar hal baru dibanding anak dan remaja dahulu. Kemudahan mendapatkan informasi menjadi sarana yang baik untuk menimba keterampilan apa pun.
Salah satu keterampilan yang perlu diajarkan pada anak dan remaja adalah kemampuan mengenali risiko kejahatan jalanan. Sebuah kejahatan terjadi karena ada alasan dan kesempatan.
Perhiasan dan gawai (seperti ponsel dan komputer jinjing atau laptop) bisa menjadi alasan bagi pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya. Karena itu, anak dan remaja perlu diajari untuk tidak mengenakan perhiasan berlebihan dan atau menggunakan gawai (mewah) di tempat sunyi.
Anak dan remaja juga perlu dibekali keterampilan untuk mengurangi kesempatan bagi pelaku kejahatan. Caranya dengan menghindari berada seorang diri atau berada di antara orang yang sungguh asing. Juga tempat-tempat gelap dan sempit perlu dihindari karena menyulitkan korban untuk menyelamatkan diri.Â
Kedua, bekali anak dan remaja dengan sikap yang tepat kala menghadapi pelaku kejahatan
Anak dan remaja juga perlu dibekali dengan sikap yang tepat kala menghadapi pelaku kejahatan. Sikap langsung melawan bisa berakibat fatal.Â
Ajarilah anak dan remaja menilai situasi dahulu. Prinsip utama adalah menyelamatkan nyawa. Nyawa ini terkait nyawa korban maupun juga nyawa pelaku kejahatan.Â
Lebih baik menyerahkan harta daripada ada yang kehilangan nyawa atau terluka. Jika memungkinkan, ajari anak bela diri sederhana dengan mengetahui titik-titik lemah tubuh manusia (pelaku kejahatan). Akan tetapi, ini pun harus dilakukan dengan hati-hati karena risiko tetap tinggi.
Lebih baik berusaha melarikan diri dan mencari pertolongan daripada berhadapan fisik dengan pelaku kejahatan yang bisa saja membawa senjata.Â
Ketiga, bekali anak dan remaja dengan prosedur pemantauan sederhana oleh orang tua
Saat ini, ada banyak alat dan aplikasi yang bisa digunakan untuk memantau posisi seseorang. Ada aplikasi yang bisa menghubungkan ponsel orangtua dengan ponsel anak dan remaja.
Selain itu, sepakatilah prosedur pemantauan sederhana antara anak dan orangtua. Misalnya, harus memberitahu tujuan kepergian dan waktu pulang kepada orangtua.
Anak dan remaja juga bisa diminta memotret dengan siapa mereka pergi, (nomor plat) kendaraan yang dipakai, dan lokasi-lokasi yang mereka kunjungi. Sesekali minta mereka untuk melakukan panggilan video. Hal ini untuk memastikan bahwa anak dan remaja tidak sedang diancam pelaku kejahatan.Â
Salam edukasi dari Inspirasiana, komunitas peduli taman baca di penjuru Nusantara.Â
Erbe untuk Inspirasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H