Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Batandang yang Telah Lekang oleh Zaman

20 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 24 Oktober 2022   14:30 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batandang, Foto Repro/Dokumentasi pribadi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta komunikasi menjadikan tradisi batandang telah lekang oleh zaman. Dimulai berkirim surat, berkomunikasi lewat telepon, pergaulan juga luas seperti di sekolah, di lingkungan bahkan saat ini berkomunikasi tanpa batas, di belahan dunia di manapun berada.

Semasa kecil, sekitar umur lima tahun, saya pernah menemani sepupu laki-laki batandang ke rumah mudonya (pacarnya), dengan bersepeda lalu bertamu dan disuguhi banyak makanan. Mereka ngobrol dengan malu-malu karena diintip oleh ibu sang gadis, lalu pulang. Besok, lusa, begitu seterusnya dan akhirnya menikah.

Di lain waktu, saya menginap di rumah sepupu perempuan, dan malam dikunjungi mudonya. Ternyata sudah larut malam si pemuda belum pulang juga. Paman saya sebagai orang tua si gadis akan batuk-batuk, dan banting pintu serta menegur langsung untuk segera pulang. Wah saya jadi merindukan masa-masa menyaksikan batandang. 

Zaman dulu memang beda dengan zaman sekarang, sarana hiburan sangat minim dan batandang menjadi tradisi anak muda zaman dulu untuk mencari jodoh. Setelah akil baligh, muda-mudi tempo dulu akan segera menikah, karena pendidikan masih rendah. Berbeda zaman sekarang, muda-mudi dilarang menikah jika belum cukup umur dan harus mematuhi Undang-undang Perkawinan.

Walaupun budaya batandang kian menghilang, ada segi positif yang bisa dipetik. Silaturahmi yang dibangun melalui batandang membawa hal-hal yang positif untuk hubungan pasangan yang akan menikah. Dengan pendampingan orang yang lebih tua dalam batandang, menjaga hal baik dan niat baik sampai ke saat yang baik pula, yakni pernikahan yang sakral.

Seperti pepatah kecik samo dicacah, gedang samo dilapah. Artinya anak-anak merupakan tanggung jawab bersama dari kecil hingga dewasa. Dengan didampingi dan diarahkan tentu mereka berada pada tujuan yang baik pula.

Fatmi Sunarya untuk Inspirasiana, 02 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun