Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbanglah Camar (IV)

25 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 31 Oktober 2022   05:17 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca tiga bagian sebelumnya: Terbanglah Camar (I), Terbanglah Camar (II), Terbanglah Camar (III)

Ketika sadar, dia telah terbaring di ranjang rumah sakit. Yang pertama kali dilihatnya adalah gadis yang sangat dibencinya, mahasiswi baru itu, selingkuhan Geld!

Fanny muak melihat gadis itu duduk di sisinya dengan wajah bersimbah air mata. Bagaimana mungkin Geld yang selalu mengajarnya untuk menghadapi kehidupan dengan tegar, bisa menyukai seorang gadis yang demikian cengeng dan rapuh?

Fanny menulikan telinga ketika dengan tersendat-sendat gadis itu meminta maaf kepadanya. Tetapi mau tidak mau ia memasang telinganya baik-baik ketika gadis itu menyebut nama Geld.

Meskipun Fanny tetap bersikap acuh tak acuh, tidak ada satu pun kata-kata gadis itu yang dia biarkan lewat begitu saja dari telinganya.

Ternyata Fanny terlalu dikuasai emosi, dikuasai ketakutan akan kehilangan Geld, sehingga keakraban Geld dengan gadis lain begitu mudah membangkitkan rasa curiga di hatinya.

Ternyata Dolly, boneka ayu itu, tidak mempunyai hubungan istimewa dengan Geld. Ternyata Geld betul-betul domba berhati suci. Ternyata Dolly adalah tunangan sepupu Geld sehingga keduanya bisa begitu akrab. Ternyata ….

Tiba-tiba, Fanny ingin sekali berjumpa Geld. Ah, kerinduan yang berbungkah-bungkah timbul ke permukaan hatinya satu demi satu.

Berapa hari sudah ia tidak melihat Geld? Marahkah Geld kepadanya sehingga tidak mau menemuinya? Atau Geld juga tengah terbaring dengan luka di sekujur tubuh seperti dirinya saat ini?

Oh, betapa ingin Fanny segera bertemu, dan meminta maaf kepada Geld. Ia akan berjanji untuk meninggalkan sikapnya yang mudah ngambek dan kekanak-kanakan. Tetapi …

Hari itu guntur ternyata sabung menyabung mengejutkannya. Pengakuan Dolly, dan berita duka itu, Fanny begitu sulit meyakinkan diri untuk memercayainya.

Geld pergi untuk selamanya? Fanny merasa harinya akan berakhir segera.

***

Selama ini, ia tidak tahu untuk apa ia hidup. Ia merasa kehidupan hanya sandiwara yang penuh kepahitan. Ia merasa dunia terlalu kejam padanya.

Jika bukan karena Geld, ia tidak akan pernah merasakan indahnya kasih. Karena Geld, ia mulai belajar mencintai kehidupan.

Tapi kenapa kehidupan tidak mau bersahabat dengannya? Kenapa Geld harus pula direnggut dari sisinya? Sanggupkah ia menjalani hari-hari panjang yang sepi, menghadapi hidup yang keras, tanpa Geld, orang yang mengasihinya?

Pukulan itu terlalu berat. Fanny tiba-tiba merasa sekelilingnya gelap gulita. Ia tidak tahu lagi apa yang terjadi kemudian.

***

Bersambung ke: Terbanglah Camar (V)

Siska Dewi untuk Inspirasiana

Cerpen ini telah dimuat di Album Cerpen “Mitra” edisi khusus September 1985

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun