Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca tiga bagian sebelumnya: Terbanglah Camar (I), Terbanglah Camar (II), Terbanglah Camar (III)
Ketika sadar, dia telah terbaring di ranjang rumah sakit. Yang pertama kali dilihatnya adalah gadis yang sangat dibencinya, mahasiswi baru itu, selingkuhan Geld!
Fanny muak melihat gadis itu duduk di sisinya dengan wajah bersimbah air mata. Bagaimana mungkin Geld yang selalu mengajarnya untuk menghadapi kehidupan dengan tegar, bisa menyukai seorang gadis yang demikian cengeng dan rapuh?
Fanny menulikan telinga ketika dengan tersendat-sendat gadis itu meminta maaf kepadanya. Tetapi mau tidak mau ia memasang telinganya baik-baik ketika gadis itu menyebut nama Geld.
Meskipun Fanny tetap bersikap acuh tak acuh, tidak ada satu pun kata-kata gadis itu yang dia biarkan lewat begitu saja dari telinganya.
Ternyata Fanny terlalu dikuasai emosi, dikuasai ketakutan akan kehilangan Geld, sehingga keakraban Geld dengan gadis lain begitu mudah membangkitkan rasa curiga di hatinya.
Ternyata Dolly, boneka ayu itu, tidak mempunyai hubungan istimewa dengan Geld. Ternyata Geld betul-betul domba berhati suci. Ternyata Dolly adalah tunangan sepupu Geld sehingga keduanya bisa begitu akrab. Ternyata ….
Tiba-tiba, Fanny ingin sekali berjumpa Geld. Ah, kerinduan yang berbungkah-bungkah timbul ke permukaan hatinya satu demi satu.
Berapa hari sudah ia tidak melihat Geld? Marahkah Geld kepadanya sehingga tidak mau menemuinya? Atau Geld juga tengah terbaring dengan luka di sekujur tubuh seperti dirinya saat ini?
Oh, betapa ingin Fanny segera bertemu, dan meminta maaf kepada Geld. Ia akan berjanji untuk meninggalkan sikapnya yang mudah ngambek dan kekanak-kanakan. Tetapi …