Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kisah Lama (IV - Tamat)

5 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 6 Oktober 2022   05:18 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepotong kisah lama | Ilustrasi oleh Yoanna Yudith

Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca tiga bagian pertama:

Sepotong Kisah Lama (I)

Sepotong Kisah Lama (II)

Sepotong Kisah Lama (III)


"Dua tahun," Vava tersenyum kecil. "Kau banyak berubah. Kata Ferry, kau kuliah di Seminari."

"Kejutan besar, ya? Ferry, ah, aku mesti banyak berterima kasih padanya. Tanpa dia, aku tidak akan tahu kalau kau sudah pindah rumah. Dan aku tak perlu menyangka bahwa kau begitu dendam padaku sehingga setiap suratku kau kembalikan." Jo memandang Vava. "Ia baik sekali, ya?"

Baca juga: Angelia

"Siapa? Ferry? Sangat baik!" Vava sengaja menekankan kata sangat. "Sebentar, aku ambilkan minum."

"Melin kangen sekali padamu," Jo menatap Vava ketika gadis itu muncul kembali dengan dua gelas air es di tangannya.

"O iya, apa kabar Melin sekarang? Sudah kelas berapa dia? Kenapa tidak kau ajak ke sini juga? Aku kangen."

"Melin sudah kelas empat, hampir kelas lima. Dia di Malang."

Baca juga: [RTC] Rahasia Ayah

"Di Malang?"

"Ya," Jo tersenyum. "Masih ingat berapa kali aku gagal menemuimu ketika kita lulus SMA? Waktu itu, usaha papa jatuh. Kami terpaksa pindah ke Malang, tempat nenek. Semua harta papa disita untuk melunasi utang. Saat itu, aku merasa berat sekali meninggalkan Jakarta. Aku merasa begitu berdosa kepadamu, kepada kalian, korban permainanku dulu. Aku tidak akan tenang sebelum kalian memaafkan aku."

Vava terpana. Jadi Ferry benar. Jo betul-betul telah berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun