Syukur kepada Tuhan, dua buah buku antologi masih sempat aku berikan kepada bapak semasa hidupnya. Itu adalah sebentuk responsku yang eufemistis atas pernyataannya yang ironis. Ada karyaku yang termuat dalam buku, pikirku.
Buku yang pertama adalah buku bunga rampai "Pelangi Budaya dan Insan Nusantara". Persembahan komunitas Inspirasiana yang terbit atas kerja sama dengan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Buku ini berisi ulasan tentang keunikan budaya dan insan dari berbagai daerah di Nusantara. Saya sendiri ikut menuliskan kisah tentang "Pulu Balang," sebuah kearifan lokal pada masa lalu dari desa asal ibu saya, desa Serdang, dan cerita tentang "Rires" lemang khas dari Tanah Karo di dalam buku itu.
Buku yang kedua adalah buku bunga rampai "Unforgettable Legend" (Legenda yang Tak Terlupakan). Saya bisa ikut menulis di buku ini atas ajakan ibu Nina Sulistiati, seorang kompasianer yang juga tergabung dalam komunitas Inspirasiana.
Buku ini mengumpulkan kembali dongeng, legenda, sage, dan mite yang tercecer di beberapa daerah. Para penulis yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara menuliskan ulang dongeng yang berada di sekitar mereka dengan penafsiran dan gaya masing-masing.
Saya ikut mengangkat cerita rakyat dari Tanah Karo tentang "Palas Si Pitu Ruang" dan Asal Usul Nama "Deleng Sibuaten". Kisah ini bersama dengan kisah-kisah lainnya dari berbagai daerah di Nusantara kiranya bermanfaat untuk dipakai dalam pengembangan karakter generasi muda melalui nilai dan pesan moral yang terdapat di dalamnya.
Meskipun hanya karya sederhana, tapi ada rasa senang tatkala bisa memberikannya sebagai kenang-kenangan kepada bapak. Aku juga memberikan beberapa eksemplar sebagai tambahan koleksi buku ke perpustakaan daerah Kabupaten Karo. Kiranya bermanfaat untuk menambah wawasan para pemustaka yang membacanya terkait aneka ragam budaya Nusantara.
Seperti pesan Najwa Shihab, "Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta!" Barangkali saja ada yang jatuh cinta kepada membaca dan budaya Nusantara saat menemukan salah satu di antara buku-buku itu.
Lagi pula seperti kata pak Reynus Siboro, seorang Pustakawan Ahli Utama dari Perpustakaan Nasional, bahwa perustakaan adalah wadah untuk memperlihatkan, mengelola, dan mengembangkan potensi daerah dan aneka konten lokal. Jadi, walaupun hanya karya sederhana, kita tidak perlu merasa malu untuk ikut mengambil bagian mendokumentasikannya di perpustakaan daerah kita.