"Kalian pisah saja, untuk apa mempertahankan hubungan ini."
"Tapi saya masih mencintai Ari. Saya masih ingin hidup bersama dia."
"Kamu hidup seakan-akan hanya seorang diri meskipun kamu menikah." Begitulah mereka selalu menyarankan Ria untuk berpisah.
Malam itu, Ria sudah tidak sabar akan kelakuan Ari. Ketika Ari pulang ke rumah tanpa berkata-kata kepadanya yang sudah menunggu untuk makan malam bersama.
"Ari, dari mana saja kamu? Kenapa kamu selalu pulang larut malam tanpa menelpon atau membalas pesan singkat di gawai dari saya!"
"Ria, saya sangat lelah telah bekerja melayani klien. Kenapa kamu marah-marah!"
Ari balas membentak dan membanting pintu. Dia segera pergi mandi.
Ria merasa sangat kecewa dan teringat kata-kata temannya untuk meninggalkan Ari. Niat itu begitu kuat sehingga dia menunggu Ari selesai mandi dan berpakaian.
"Ari, kita lebih baik berpisah. Saya akan kembali ke rumah orang tua saya besok pagi!"
"Baik, pergilah! Saya juga sudah bosan hidup dengan kamu!"
Ria sangat sedih, air matanya tiba-tiba menjadi deras bak hujan keras dicurahkan dari langit. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas memasukan pakaian ke dalam koper yang masih kosong saat itu.