Sumpah yang menjadi bagian takdir episode perang Bharatayuda, hingga saat rambut panjang terurai memerah saga. Rambut Panjang terurai Drupadi bagian dari perjalanan ujian hati. Rambut model Dewi Drupadi sebagai bagian dari pengingat "...jangan lecehkan kehormatan wanita...."
Perjalanan wanita lembut anggun menggugat di persidangan agungpun berawal. Menggemakan gaya dan intonasi yang pas, Dewi Drupadi mengejawantahkan kepemimpinan feminisme .....
["Peserta sidang yang terhormat, kalian lihat rambutku......Rambut terurai saksi buah kenistaan......." "Kakangmas Yudhisthira sesembahanku, ingatlah bahwa engkau ditakdirkan sebagai seorang ksatria. Jika hal yang buruk dan tidak adil terjadi di depan matamu, maka engkau berhak untuk melawan bahkan memeranginya. Itulah tugas utama seorang ksatria penegak kebenaran"] petikan dari orasi Drupadi menggugat, Buku Drupadi.
Terbayang bagaimana pergolakan jiwa para Pandawa, seolah diwelehkan oleh Drupadi, puteri nan lembut. Memerah biru rona wajah Yudhistira sang ksatria berwatak pandita. Bima berperawakan gagah perkasa, mendesah lungkrah.
Arjuna sang pemanah sejati alias lelananging jagad tertempelak wajahnya. Remuk redam hati si kembar Nakula Sadewa saat mendengarkan orasi dari kakangmbok Drupadi ini. Perjalanan sejarah membuktikan wanita memiliki tugas yang sama sebagai ksatria penegak kebenaran.
Drupadi mengagunkan rambut selaku mahkota wanita sebagai jaminan pemenuhan sumpah. Sumpah bagian dari siklus pembalasan. Hingga saatnya pembalasan berdampingan dengan pengampunan.
Selamat melanjutkan, menikmati dan menghargai setiap perjalanan....
Diilhami oleh: Buku bacaan lama bertajuk Drupadi, karya Ardian Kresna. 2013. Divapress
Ditulis ulang dengan pembaharuan dari artikel di blog pribadi Suprihati untuk Inspirasiana.
#Bunga Rampai Fiksi Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H