Dan dia, datang tepat pada waktu yang dijanjikan. Dia mengenakan kaus putih, jins biru, dan sepatu hitam sesuai janjinya.
Setelah pertemuan itu, dia masih saja menyuratiku. Juga masih suka datang ke kampusku. Dia sama sekali tidak berubah meski sudah mengetahui bahwa aku tidak secantik yang dibayangkannya.
Sore itu, ketika sekali lagi dia menyatakan keinginannya untuk memiliki fotoku, aku tidak malu lagi menyampaikan alasanku.
Di luar dugaanku, ia berkata dengan mantap, "Persahabatan tidak memandang kecantikan seseorang, Lia. Lagi pula, segala ciptaan Tuhan adalah baik menurut-Nya. Mengapa manusia tidak dapat menerima? Tidak ada alasan, bukan? Apa yang baik di mata Tuhan, harus juga baik di mata kita."
Aku terpana mendengar kata-katanya. Oh, Tuhan! Entah berapa lama aku menyesali kejelekan wajahku. Entah berapa lama aku tidak menghargai ciptaan-Mu. Maafkan aku, Tuhan. Maafkan .....
Cerita mini (Cermin) karya Siska Dewi.
Cermin ini pernah dimuat di album cerpen "Anita Cemerlang" edisi 133 pada tanggal 19 Agustus 1984. Ditayangkan kembali untuk Inspirasiana dengan perbaikan di sana-sini.Â
#Bunga Rampai Fiksi Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H