Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cinta, Kesederhanaan, dan Kesempurnaan

2 Maret 2022   09:14 Diperbarui: 2 Maret 2022   09:14 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian memori tidak terlupakan, tetap hidup dan menghangatkan hati.

 (Joseph B. Wirthlin)

Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun menatap ke luar jendela. Menatap hujan yang turun tanpa ampun dari langit yang kelabu. Masih tanggal 1 Desember, tapi binar kegembiraan dalam bola matanya tidak dapat disembunyikan.

Dengan jari mungilnya gadis itu menghitung berapa hari lagi yang tersisa hingga saatnya dia diperbolehkan untuk menghias kandang Natal yang akan dibuat untuk tahun itu.

Ayahnya telah berjanji padanya untuk membuat kandang Natal pada pertengahan bulan, menunggu hujan lebat mereda. Saat itulah saat yang terbaik untuk mendapatkan deretan lumut tebal. Berarti masih ada 14 hari lagi.

Gadis itu telah memiliki beberapa tempat 'rahasia' yang telah dikunjungi sebelumnya, tempat dimana lumut tebal dengan mudah dapat diambil. Dia berjanji akan mengajak saudara perempuannya untuk mendapatkan 'harta karun' itu. Tidak satupun boleh tahu dimana 'harta karun' itu berada hingga saatnya tiba.

Membuat kandang Natal

Akhirnya saat yang dinanti pun tiba. Rangka untuk membuat kandang Natal telah disiapkan. Tepat di depan pintu masuk. Ayahnya telah membuat alas kandang yang terbuat dari kertas sak semen yang diminta dari toko bangunan kenalannya. Dinding kandang terbuat dari bilah bambu. Atapnya diberi ilalang yang didapat dari padang dekat rumah.

Gadis kecil itu kemudian mengajak saudaranya untuk memburu 'harta karun' mereka. Mereka menuju ke sungai kecil. Kaki-kaki kecil mereka melangkah dengan hati-hati melewati bebatuan yang licin menuju bebatuan lembab yang dipenuhi lumut-lumut tebal dan indah bak permadani 

Dengan hati-hati mereka mengumpulkan lumut, menyusunnya perlahan di dalam kotak yang mereka bawa dari rumah, dan bergegas tak sabar untuk kembali ke rumah.

Ayahnya membolehkan gadis kecil itu bersama saudaranya untuk menata potongan lumut di dalam kandang kecil itu. Merasakan kelembutan lumut yang tebal di tangannya yang mungil memberikan sensasi tersendiri, meninggalkan binar ceria dalam bola mata mereka yang polos.

Patung-patung kecil pun ditata di dalamnya. Menggambarkan situasi bayi Yesus yang lahir dalam kandang hewan, dilengkapi dengan patung malaikat yang digantung pada bagian depan kandang serta patung tiga raja dari timur.

Suara celotehan gadis kecil itu bersama saudara-saudaranya memenuhi ruangan itu. Pekikan riang terdengar saat patung-patung cantik yang dikeluarkan sekali setahun itu telah tertata dengan indah di dalamnya.

Pekerjaan terakhir adalah menempatkan pohon Natal di samping kandang. Entah dari mana datangnya, tapi setiap tahun, selalu ada cemara hidup di samping kandang. Tidak ada lampu kerlap-kerlip, tidak ada hiasan Natal yang mewah. 

Pohon cemara mini itu hanya dihiasi kapas yang melambangkan salju. Bila beruntung, ada kertas krep warna-warni yang menghiasi pohon. Pada pintu masuk, sang kakak telah mendekorasinya dengan lampion-lampion cantik. Sang kakak memang sangat ahli untuk urusan lampion.

Kue tar buatan Ibu

Tanggal 23 Desember. Satu hari menjelang perayaan malam Natal. Momen yang paling ditunggu gadis kecil itu. Pasalnya rumah berdinding papan mereka akan ramai oleh kehadiran saudara-saudara sepupunya untuk merayakan Natal bersama. Artinya, akan ada banyak makanan tersedia, dan pertanda kue tar sebagai kue istimewa saat  Natal akan mulai dibuat.

Itu adalah kue terenak yang pernah dirasakannya. Terbuat dari adonan tepung dan telur ayam kampung, dikocok hingga mengembang menggunakan pengocok manual. Aroma kue yang dipanggang memenuhi seluruh ruangan. 

Ibunya sangat ahli membuat kue terenak itu. Kue-kue jajanan pasar lainnya bikinan Ibu akan berlimpah saat menjelang malam Natal, termasuk kembang goyang.

Gadis kecil itu dipenuhi kegembiraan luar biasa karena boleh tidur larut malam. Kehadiran sepupu-sepupunya membuat hidupnya lebih ceria. Tidak henti-hentinya dia menunjukkan keindahan kandang Natal buatannya, bermain dan bercanda menghabiskan hari.

Hidangan istimewa di hari Natal

Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi gadis kecil itu selain melewati hari Natal bersama saudara-saudaranya. Kegembiraan mengenakan baju baru saat mengikuti misa Natal di gereja membuat pipinya tersipu. Dengan rambut dikuncir satu bak air mancur dan diberi pita di pangkal rambutnya, dia merasa seperti Tuan Putri.

Natal tahun itu terasa sangat istimewa. Masakan ibu sungguh terasa luar biasa di lidah, meskipun gadis kecil itu, saudara dan sepupu yang masih kecil harus dijatah oleh ibu. Anak yang lebih besar usianya boleh mengambil potongan daging sendiri. Potongan daging yang digoreng dengan tepung sungguh menghipnotis perut gadis kecil itu. 

Sayur singkong olahan Ibu juga sungguh menggugah selera. Mereka kekenyangan.

Setelah acara makan siang selesai biasanya anak-anak akan bermain permainan anak-anak perempuan saat itu. Gadis kecil itu lebih sebagai penggembira, karena usianya yang dianggap masih kecil. Namun itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap memekik kegirangan memberi dukungan bagi tim dukungannya.

Buat gadis kecil itu, Natal tidak harus mewah, asalkan dapat berkumpul dengan orang yang dikasihi dalam kesederhanaan, maka semuanya akan menjadi sempurna.

Ah, sungguh kenangan yang terus dikenang.

Ragu Theodolfi untuk Inspirasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun