Jakarta, 14 Februari 1987
Rasanya tak ingin aku ada di ruangan itu. Tersenyum manis, Maria mulai beranjak dari duduknya sambil menyambut jari-jemari Togap yang berdiri di depannya mengajaknya untuk berdansa.
Tak pelak, pecah riuh rendahlah seluruh teman sekelas 6 A yang sore itu mengadakan pesta Valentine di rumah Citra, ketua kelas kami.
Maria dan Togap, Togap dan Maria, pasangan terideal di kelas 6 A. Tak ada di dunia ini yang lebih ideal dari mereka.
Togap yang tampan, berbadan atletis, jago basket dan jago segala olah raga. Maria yang senyumnya teramat manis dan... ah sudahlah, tak cukup perbendaharaan kata-kataku untuk menggambarkan sempurnanya dia, yang diam-diam hidup di anganku, siang dan malam.
Seruan teman-temanku masih begitu gemuruh saat Maria dan Togap bergandengan, bergerak ke tengah ruangan untuk mulai berdansa slow..
Suara lirih mengalun Richard Sanderson dari speaker mini compo di meja di sampingku mulai terdengar mengiringi pasangan belia itu saat jerit pukau teman-temanku sedikit mereda.
"Met you by surprise
I didn't realize
That my life would change forever..."
Togap menempelkan kedua tangannya di pinggang Maria sementara Maria, malu-malu, merangkul ringan pundak Togap. Pasangan itu bergerak perlahan mengikuti musik.
Pemandangan yang membuatku limbung dan merasa menjadi pecundang...
***
Saint-Quentin-en-Yvelines (Perancis), 14 Februari 2022