Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ode buat Ibunda

14 Desember 2021   10:14 Diperbarui: 14 Desember 2021   10:18 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Ode buat Ibunda - Pixabay

Wajar saja jika teman-teman Adinda berkata seperti itu. Adinda hanya seorang anak miskin dan tidak berpunya. Ayahnya meninggal saat Adinda masih duduk di bangku SMP. Ibunya hanya menjadi asisten rumah tangga di rumah pak Gandi, kepala desa mereka. Adinda sendiri berjualan kue yang dia titipkan ke ibu kantin untuk mengganti ongkos ke sekolahnya.

Namun, Adinda tak pernah menyerah oleh keadaan. Dia tetap belajar dengan giat. Hal itu terbukti dengan nilai-nilainya yang bagus. Juara umum selalu dia peroleh setiap tahunnya.

 Bu Dania menyarankan agar Adinda mengikuti beasiswa Bidikmisi. Awalnya dia ragu. Adinda tahu bahwa ibunya pasti tidak akan mampu memberikan dana tambahan buatnya jika harus kuliah di luar kota. Adinda tidak mau membebani ibunya lagi.

 “Kamu jangan berpikiran begitu. Ambil kesempatan ini, Dinda. Sayang sekali jika kamu tidak mengambil kesempatan itu. Kamu anak yang pandai,” nasihat Ibu saat dia bercerita tentang saran Bu Dania.

“Dinda tidak mau memberatkan ibu lagi. Biar Dinda bekerja saja dan membantu ibu di sini,’ ujar Adinda sambil memandang ibunya yang sedang menyetrika baju.

“Adinda, Ibu sangat mengharapkan agar kamu bisa mengubah hidup keluarga kita. Jika kamu kuliah kemudian mendapat pekerjaan yang layak, Ibu dan Ayahmu pasti akan bangga. Masalah biaya, yakinlah Allah akan memberikan rejeki untukmu. Ibu akan berusaha sekeras mungkin untuk membiayai kuliahmu.” Ibu meyakinkan Adinda sambil memegang bahunya.

“Ibu yakin mengizinkan Dinda kuliah di luar kota?” tanya Adinda sambil memandang ibunya.

“Pergilah. Ambil kesempatan itu, Anakku,’ ujar ibu lirih. Adinda memeluk erat ibunya.

Air mata mengalir di kedua pipinya. Adinda berjanji tidak akan mengecewakan ibunya. Akan dia wujudkan setiap mimpi dan harapan sang bunda.

Akhirnya Adinda memutuskan untuk mengikuti program beasiswa Bidikmisi. Bisa dipastikan Adinda diterima di kampus pilihannya karena nilainya sangat memuaskan. Hal itu sangat membanggakan guru, kepala sekolah dan tentu saja keluarganya.

Tahun pertama kuliah merupakan saat yang sangat memberatkan untuknya. Adinda harus mencapai nilai IPK yang memuaskan sebagai syarat penerima beasiswa Bidikmisi. Oleh karena itu Adinda harus memusatkan pikirannya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun