Konon ada kutukan yang menimpa keluarga sederhana ini. Mungkin karena leluhur mereka ada yang melanggar suatu aturan adat di masa silam.
Langkah mengedukasi warga
Ketika aku bertugas di kampung itu selama setahun, aku berusaha mendidik warga akan konsep sakit jiwa dalam pandangan ilmu kesehatan modern.Â
Harus diakui, mengubah pandangan "mistis" masyarakat pelosok Nusantara bukan hal mudah. Masyarakat kampung itu, terutama generasi tua, lebih menghargai adat dan pendapat tetua kampung alih-alih memahami ilmu kesehatan.Â
"Kutukan" bisa aku jelaskan sebagai penyakit jiwa yang memang sebagian disebabkan faktor genetis atau keturunan. Tidak ada kaitan antara kutukan dengan sakit jiwa.Â
Selamatnya satu anak dari sakit jiwa kemungkinan karena memang dia tidak mewarisi gen penyebab sakit mental yang diidap saudara-saudari kandungnya.Â
Untuk melakukan edukasi ini, kerjasama antara pemuka agama, petugas kesehatan, dan tetua adat perlu dijalin erat. Warga akan mau mendengarkan jika penjelasan disampaikan secara kolaboratif, terutama dari tokoh-tokoh masyarakat setempat.Â
Pengucilan dan penghinaan terhadap keluarga pasien atau Orang dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ) oleh masyarakat harus segera dihentikan.Â
Langkah kedua, mengupayakan terapi medis dan pemenuhan kebutuhan dasar
Langkah kedua adalah mengupayakan terapi medis bagi pasien penderita gangguan kejiwaan. Ini tantangan di pelosok Indonesia. Sarana kesehatan berupa RS Jiwa sangat sulit diakses warga pedalaman.Â
Langkah terapi yang bisa dilakukan adalah dengan merawat dulu luka-luka fisik akibat pasungan. Setidaknya "pasungan" bisa dibuat lebih manusiawi, dengan mengurangi ikatan yang membuat lecet dan membahayakan ODGJ.Â