A: Seperti yang sudah sering saya tayangkan, bagi saya menulis adalah kebutuhan jiwa. Bila satu hari tidak menulis, saya merasa ada yang kurang. Sehingga sewaktu saya sebulan dirawat di Wollongong Public Hospital, saya tetap menulis dengan kondisi tangan kaki diinfus karena dehidrasi.
Bagaiamana Pak Tjip mendapatkan ide menulis?
Ide bisa datang darimana saja. Misalkan saat melihat bintang di langit, maka saya bisa menulis betapa besarnya rasa syukur kepada Tuhan. Saya dapat menikmati indahnya bintang di langit...Mengingatkan saya agar berhenti berkeluh kesah.
Apa perbedaan tulisan Pak Tjip dulu pada saat pertama kali bergabung dengan K dengan tulisan yang sekarang?
Tulisan saya pada awalnya dapat dikatakan amburadul, karena sewaktu menulis naskah buku, tugas mengedit urusan editor penerbit. Sehingga saya belum terbiasa mengedit naskah sendiri.
Bagaimana Pak Tjip bisa konsisten menyapa dan berkunjung ke akun kawan-kawan Kompasiana? Apakah tak pernah merasa bosan?
Tujuan yang paling mendalam bergabung di K adalah menjalin persahabatan. Dulu pernah 7 tahun kami sama sekali tidak “diorangkan” karena melarat. Sejak nasib kami berubah, maka kami bertekad menjadi sahabat semua orang.
Mentraktir seratus dua ratus orang untuk dapat kesempatan saling bertatap muka. Sama sekali tidak ada masalah. Malahan merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.
Apakah manfaat menulis di Kompasiana, menurut Pak Tjip?
Menulis di Kompasiana adalah keputusan yang tepat. Karena K sudah mendapatkan image positif. Jadi dengan pede saya akan menjawab, “Benar, saya penulis di Kompasiana.”
Mengapa Pak Tjip suka bersedih jika ada penulis yang pensiun dari Kompasiana?