Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sebuah Panduan bagi Guru: Cara Menerapkan Pembelajaran Campuran

23 Oktober 2021   17:12 Diperbarui: 25 Oktober 2021   04:00 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cara menerapkan pembelajaran campuran -SHUTTERSTOCK/Travelpixs

Pandemi, sosial distancing, pembelajaran daring, pembelajaran tatap muka sampai saat ini masih menjadi topik hangat di sekolah saya. 

Banyaknya orang tua merasa kewalahan mengemban peran sebagai pengawas sekaligus pendidik di rumah, menurunnya hasil belajar dan keterampilan siswa juga menjadi beban psikologis bagi guru.

Ini pun masih menjadi isu-isu terdepan di sekolah kami. Setiap hari ada saja guru yang tepuk jidat karena masalah kompleks ini.

Masalah guru berarti masalah kepala sekolahnya juga. Pasti akan menjadi masalah dinas terkait sebagai pemangku kebijakan. Hingga akhirnya dinas pendidikan di wilayah kami  mempertimbangkan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di sekolah.

PTM (dokumentasi rekan pengajar)
PTM (dokumentasi rekan pengajar)

Seperti mendapat angin segar, sekolah pun mengadakan rapat dengan orang tua yang menghasilkan kesepakatan bahwa mereka menginginkan anaknya belajar di sekolah. 

Alhasil, keluarlah peraturan yang memperbolehkan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah dengan memperhatikan landasan hukum, yaitu Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri. 

Namanya saja tatap muka terbatas ya berarti ada pembatasan dalam pelaksanaannya. Justru ini lagi yang menjadi beban baru bagi guru. Loh kok bisa? Hayuk disimak sampai tuntas ya.

Pertama, guru harus mengajar luring (tatap muka) di sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan minimal 3 M. 

Jika menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun, saya rasa masih bisa membuat kita bernapas lega. Mengajar dengan menggunakan maskerlah yang sungguh menyiksa. 

Akibatnya rasa lelah bisa datang lebih cepat dari biasanya. Bayangkan kalau saya harus mengajar di tiga kelas berbeda, pasti kering lah tenggorokan saya. Tepuk jidat sekali.

Kedua, setiap kelas yang terdiri dari 32 siswa harus dibagi menjadi 2 kelompok belajar guna penerapan protokol kesehatan jaga jarak. 

Jadi dalam satu kelas hanya terisi 50 persen siswa saja. Akibatnya dalam 1 minggu berjalan, guru harus masuk di kelas yang sama dengan kelompok yang berbeda. 

Hal ini selain membuat raga lelah, tenggorokan kering juga membingungkan bagi sebagian teman sejawat saya. Terutama bagian kurikulum yang harus membuat jadwal dengan sepantasnya. 

Bayangkan saja, saya mendapat amanah mengajar di 5 kelas berbeda dalam 1 Minggu. Karena 1 kelas terbagi 2, maka saya harus masuk ke 10 kelas berbeda dalam 1 Minggu. Tepuk jidat dua kali. Tapi Alhamdulillah saya masih kuat hingga saat ini.

Ketiga, adanya pembatasan waktu belajar berimbas pada pengurangan waktu belajar juga. Dulunya satu jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Sekarang hanya tersisa 30 menit saja. Tentu menjadi tantangan berat bagi guru yang mengajar mata pelajaran eksakta seperti saya. 

Tidak banyak kesempatan untuk dapat menanamkan konsep materi numerik yang menuntut waktu lebih bagi siswa. 

Rasanya saya selalu kekurangan waktu untuk mengajar di kelas. Alhasil penugasan siswa tak pernah selesai di sekolah. Akibatnya harus dibawa pulang ke rumah sebagai PR yang begitu ditakuti siswa. Tepuk jidat tiga kali.

Beginilah yang dinamakan perubahan, memang sudah beda zamannya. Era pandemi masih menyisakan banyak kemungkinan yang menakutkan bagi kita. 

Hal ini menjadi tantangan bagi guru dan dunia pendidikannya. Namun di setiap masalah selalu disediakan solusinya, banyak jalan menuju Roma. 

Banyak cara yang bisa kita terapkan untuk tetap maksimal mengajar di sekolah tanpa mengurangi hak siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Akselerasi teknologi di dunia pendidikan dapat menjadi pintu terbuka bagi pembelajaran spesial di masa pandemi. 

Di sini saya sebagai guru harus memiliki kemampuan non teknis dalam menjalani proses adaptasi agar mampu menciptakan pembelajaran efektif dan terarah. Sehingga kemampuan kolaboratif, komunikatif, kreatif dan berpikir kritis siswa tetap dapat kita pelihara.

Menggali ilmu merupakan cara saya untuk bangkit dari suatu masalah. Saya ikut pelatihan daring yang berkaitan dengan pembelajaran di era pandemi. 

Dari pelatihan itu saya banyak mendapatkan pencerahan pembelajaran di era pandemi. Hingga akhirnya saya sadar bahwa ada solusi untuk sebuah masalah saya dan saya terpikir bahwa saya harus berani mencobanya.  

Jangan-jangan solusi tersebut bisa memecah masalah di proses pembelajaran tatap muka terbatas saya. Jadi, mengapa tidak saya coba?

Pembelajaran Campuran

Salah satu pelatihan yang saya ikuti memberikan solusi kelas campuran. Di kelas ini saya memberikan pembelajaran campuran untuk mengoptimalkan pengalaman belajar siswa. 

Ada beberapa hal yang saya lakukan dalam penerapan pembelajaran campuran di kelas, yaitu:

1. Pembelajaran Asinkron

Diproses belajar ini, saya memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur waktu, tempat, alur dan tempo belajarnya sesuai dengan kesiapan dan kemampuannya. Tidak ada keharusan guru dan siswa bertemu pada saat bersamaan. 

Jadi murid tetap dapat belajar meski tanpa kehadiran guru. Tujuannya untuk memberikan pemahaman materi tanpa batas waktu. 

Ini menjadi tantangan bagi saya untuk menghadirkan bahan ajar yang berkualitas, menarik dan tak membosankan.

Di pembelajaran ini, saya memberikan penjelasan materi sebagai dasarnya melalui kelas maya di Google Classroom. 

Kelas maya ini kebetulan memang sudah ada sejak penerapan belajar dari rumah dan masih saya gunakan meskipun sudah tatap muka di sekolah. 

Siswa bisa menyimak materi tersebut di mana saja mereka suka, seperti di kamar, taman, tepi sungai melalui HP. Kapan pun mereka mau, sepulang sekolah sore, malam atau subuh. 

Dan mereka dapat mengulang materinya terus sesuai kebutuhan tanpa membuat tenggorokan saya kering.

Materi sekolah lewat Google Classroom (Dokumentasi pribadi)
Materi sekolah lewat Google Classroom (Dokumentasi pribadi)

Namun ada kelemahan dari metode ini, siswa berpotensi abai dan lalai jika tidak diingatkan. 

Melalui WAG kelaslah, saya selalu mengingatkan pada siswa bahwa ada hak dan kewajiban mereka atas materi yang saya bagikan di Google Classroom. 

Harapannya agar mereka memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu dan rasa tanggung jawab untuk menyimaknya. Meskipun tidak semua siswa terbuka pintu hatinya. Tepuk jidat empat kali.

Untuk meminimalisir dampak dari metode asinkron ini, maka saya kombinasikan dengan pembelajaran sinkron. Oleh karena itulah pembelajaran ini diberi nama pembelajaran campuran.

2. Pembelajaran Sinkron

Pada pembelajaran sinkron ini, saya memberikan pendampingan pada siswa saat PTMT di sekolah. Misalnya melalui demontrasi, praktikum dan diskusi kelompok untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda. Tujuannya agar siswa mengingat secara maksimal berdasarkan kemampuannya melalui lihat dan coba.

Pembelajaran sinkron (Dokumentasi pribadi)
Pembelajaran sinkron (Dokumentasi pribadi)

Sebelum pembelajaran ini saya sudah mempersiapkan segalanya. Seperti mengkomunikasikan pada siswa tentang rencana pembelajaran saat PTMT, mengetahui kesiapan mereka, mempersiapkan rancangan pembelajaran yang akan saya lakukan  dan  mempersiapkan lembar kerja siswa untuk mempermudah pelaksanaan praktik nantinya.

Pembelajaran seperti ini bisa lebih komunikatif dan interaktif sehingga menumbuhkan antusiasme siswa. 

Saya yakin setiap kepala pasti memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ini lah yang saya picu untuk membangkitkan semangat belajar mereka.

Pada proses ini pula saya dapat merefleksikan proses pembelajaran bersama siswa, di mana siswa dapat menandai dan menilai proses belajar dan pencapaian belajarnya secara klasikal. 

Hal ini menjadi keuntungan buat saya sebagai guru karena langsung dapat mengetahui baik buruknya kegiatan belajar yang sudah dilakukan.

3. Memastikan pembelajaran asinkron dan pembelajaran sinkron terhubung menjadi satu kesatuan yang terintegrasi

Untuk memastikan adanya keterkaitan tersebut, saya selalu gunakan metode dan media belajar yang beragam sesuai dengan minat siswa. 

Ada materi dalam bentuk video pembelajaran bagi yang audio visual, power point dan diktat bagi yang suka melihat dan membaca agar mereka memiliki ketertarikan untuk melihat dan mempelajarinya. 

Semua ini demi memastikan adanya satu kesatuan pembelajaran campuran yang saya lakukan. Tak jauh beda dengan Bhineka Tunggal Ika, berbeda beda tetapi tetap satu jua.

Materi Tugas Sekolah (Dokumentasi pribadi)
Materi Tugas Sekolah (Dokumentasi pribadi)

Coba, kurang apa lagi? Jadi jangan bilang kerja guru lebih santai ya. Tepuk jidat lima kali.

4. Menyediakan alat bantu bagi siswa untuk bisa mengatur jadwal dan pola belajarnya di manapun mereka berada

Materi Tugas Sekolah (Dokumentasi pribadi)
Materi Tugas Sekolah (Dokumentasi pribadi)

Dalam hal ini saya pun menyediakan  materi dalam bentuk beragam yang saya satukan di link website agar lebih menarik minat siswa. 

Di sana sudah ada berbagai materi dalam bentuk audio visual dan latihan soal. Ada pula angket refleksi diri untuk mengorek keterangan dari siswa tentang pengalaman belajar apa yang mereka dapatkan, mana yang berkesan dan menyenangkan bahkan mana yang membuat mereka semangat untuk belajar bersama saya. 

Selain itu ada pula kesempatan kritik dari mereka tentang pelaksanaan pembelajaran sebagai ajang intropeksi diri bagi saya. Sebab senyum dan tawa riang mereka pertanda baik bagi pembelajaran saya.

Keringat Tak Akan Berdusta

Tak ada usaha yang membohongi hasil. Tak ada keringat yang keluar sia-sia. Dari penerapan pembelajaran campuran ini, banyak hal positif yang bisa saya dapatkan.

Pembelajaran campuran ini memberikan kesempatan pada saya untuk bisa mengasah pengetahuan, keterampilan bahkan sikap siswa sekaligus. 

Tiga penilaian bisa saya dapatkan dalam proses belajarnya. Masalah teratasi, bonus bertubi-tubi. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

Pembelajaran campuran ini juga memberikan kesempatan dan pengalaman belajar merdeka pada siswa. Membuat mereka lebih nyaman dan selalu ingin belajar lagi. Hal yang membahagiakan bagi saya ketika guru ditunggu-tunggu oleh siswanya.

Pembelajaran campuran ini juga membuat siswa bisa lebih aktif, kreatif, mandiri dan reflektif. Hal ini dapat melatih kebiasaan baik siswa untuk pembentukan karakter hidup kedepannya, serta merangsang tubuh kembang sikap ilmiah siswa.

Pada pembelajaran campuran ini peran saya sebagai guru tetap tak tergantikan. Hanya saja berubah menjadi lebih berempati, kreatif, berdaya guna dan lebih melibatkan sekelilingnya. Pada akhirnya saya pun dapat belajar menjadi guru merdeka.

Semoga apa yang saya lakukan ini dapat menjadi solusi bagi guru guru lain di tempat berbeda. Semangat bergerak, menggerak, tergerakkan. Salam literasi😊✌️

Oleh Desy untuk Inspirasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun