Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Warung Nasi Kuning di Tengah Ekonomi Mengering

17 Agustus 2021   07:14 Diperbarui: 17 Agustus 2021   07:34 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Irah - dokpri Radian Kristiani 

Foto di atas adalah suasana warung nasi kuning yang terletak di Jalan Cempedak Kelurahan Malagusa Distrik Aimas Kabupaten Sorong. Pemiliknya bernama Ibu Irah. 

Saya biasa menyapanya dengan sebutan "Uwa" (panggilan untuk kakak perempuan atau laki-laki dari ibu saya yang berasal dari daerah Ciamis, Jawa Barat).

Ibu Irah sudah berjualan nasi kuning kurang lebih selama 5 -- 6 tahun. Beliau memiliki tiga orang anak. Satu orang putri dan dua orang putra. Kedua anaknya telah berkeluarga dan tinggal terpisah. Ibu Irah tinggal bersama putra bungsunya di sebuah rumah sederhana peninggalan mendiang suaminya.

Semenjak kepergian sang suami menghadap Sang Pencipta pada tahun 2015, Ibu Irah akhirnya mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah. Kendatipun Ibu Irah selalu mendapat perhatian secara morel maupun materiel dari kedua anaknya yang telah berkeluarga, beliau enggan berpangku tangan.

Ia mengumpulkan segala kekuatan untuk melanjutkan kehidupan meski kepedihan kerap datang membayang. Dengan dukungan keluarga, ia memutuskan untuk memulai usaha dengan berjualan nasi kuning.

Seperti menu nasi kuning pada umumnya, nasi kuning Bu Irah terdiri dari nasi kuning gurih dengan aroma rempah, mie goreng, ikan suir saos, telur saos, kering tempe dan tambahan sambal serta kerupuk sebagai pelengkap.

Warung nasi kuning Ibu Irah -dokpri Radian Kristiani
Warung nasi kuning Ibu Irah -dokpri Radian Kristiani

Di tengah menjamurnya penjual nasi kuning di tempat tinggal kami tidak membuat Bu Irah patah semangat. Ia percaya bahwa rejeki telah diatur oleh Sang Pemilik hidup. Manusia hanya dapat berikhtiar dengan bekerja dan berdoa.

Apalagi pada saat itu beliau masih memiliki putra bungsu yang duduk di bangku SMK. Tentunya banyak biaya yang diperlukan guna membiayai pendidikkannya hingga selesai.

Setiap hari Bu Irah bangun pada jam 04.00 pagi untuk mempersiapkan menu nasi kuning yang akan dijual. Nasi kuning sudah dapat dinikmati mulai pukul 07.00 pagi dengan harga Rp 7.000,- hingga Rp 15.000,- per porsi sesuai dengan permintaan pembeli dan pilihan lauk tentunya.

Di tengah situasi pandemi saat ini, mau tidak mau kondisi tersebut berimbas pula pada usaha nasi kuning Bu Irah. Meningkatnya harga bahan pokok dan menurunnya minat pembeli, membuat ibu Irah harus mengurangi volume penjualannya agar selalu habis dan tetap dapat berjualan setiap hari.

Walau dengan keuntungan yang tidak seberapa, bersyukur adalah kunci utama. Ia hanya berharap selalu diberi sehat dan kuat. Apabila jualannya tidak habis, maka ia akan membagikannya kepada sanak saudara atau dikonsumsi sendiri.

Dari kisah kehidupan ibu Irah, saya belajar arti kesabaran, ketabahan dan keikhlasan. Berpangku tangan dan berkeluh kesah bukanlah solusi menjalani kehidupan. Dengan bersyukur berapa pun rejeki yang kita terima akan terasa cukup dan membuat hati bahagia.

Semoga kisah ini bermanfaat dan menginspirasi kita agar tidak mudah berputus asa menghadapi kesukaran hidup yang mendera.

***

Ditulis oleh Radian Kristiani untuk Inspirasiana guna mengikuti lomba mini "Sejuta Kebaikan untuk Pedagang Kecil".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun