"Yu, sakjane batere radio bekas kae isa digawe mateni nyamuk lho (Mbak, sebenarnya baterai radio bekas bisa digunakan untuk membunuh nyamuk lho)!" kata ayahku
"Mosok to (Betulan tuh)?" sahut budheku menanggapi, "tapi yo masuk akal, jare ana bahan kimia ndek jerone (tapi memang masuk akal, katanya ada kandungan bahan kimia di dalamnya)!"
Dengan wajah semringah budhe segera beranjak masuk sethong (kamar).Â
Tak berapa lama budhe kembali dengan membawa banyak sekali baterai bekas. Baterai besar-besar ukuran D (kira-kira 3x ukuran AA) yang biasa digunakan untuk radio transistornya. Kala itu aliran listrik PLN memang belum masuk desa.Â
"Iki lho wis tak klumpukno ... yo' opo cara nganggone (Ini lho sudah kukumpulkan ... bagaimana cara pakainya)?"
Kami yang sedang berkumpul di ruang tengah terkejut. Dalam remang lampu teplok kulihat ayahku tersenyum. Pakdhe dan kami refleks ikut tersenyum, tetapi penuh kecurigaan. Hanya budhe yang tampak sangat serius.
"Kene Yu tak ajari carane (Sini Mbak kuberi tahu caranya)!" kata ayahku sambil meraih baterai dari tangan kakaknya.
Setelah meletakkan semua baterai di atas meja, ayahku mengambil satu baterai dan mengangkatnya tinggi-tinggi "Ngene carane ... cekelen kenceng baterene ambek tangan tengen (Begini caranya ... pegang kuat-kuat baterainya dengan tangan kanan)!" jelas ayahku seraya melakukan peragaan.
Dengan tetap fokus memperhatikan budhe menyela, "Oh tak kira dibuka trus dijupuk jerone. Mari dicekel trus dikapakno (Oh kukira dibuka lalu diambil isi dalamnya. Setelah dipegang lalu bagaimana)?"
"Terus... tangkepen nyamuke sitok-sitok njuk thuthuken ambek baterai iki (Lalu ... tangkaplah nyamuknya satu per satu dan pukul dengan baterai ini)!" jawab ayahku dengan ekspresi serius.
"Oalaah ... dagelan awakmu ki (Oalaah ... becanda kamu nih)!" kata budhe sambil melotot sadar dirinya sudah kena prank.