Menggunakan pembahasan analogis kritis jeruk dan apel, kita tidak bisa membandingkan kondisi siswa berdasar latar belakang kompetensi, kemampuan, dan sebagainya untuk melakukan sebuah intervensi, karena memang berbeda, namun sama-sama baik. Butuh keramahan pada perbedaan untuk memahami hal ini.
Layaknya apel dan jeruk, maka memang sebaiknya mengupas dari dua kondisi buah yang sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahan tersebut. Hal ini digunakan sebagai dasar filosofis mengenai perlakuan yang seharusnya dilakukan pada anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Rencana Pendampingan Jangka Pendek dan Panjang
Mengubah mindset lingkungan dan perangkatnya tidaklah mudah. Stigma anak-anak berkebutuhan khusus (disabilitas) terlanjur lekat dalam benak individu sebagai anak-anak yang sulit untuk diberikan pemahaman, pendidikan, treatment, dan sejumlah kesulitan didik lain.
Guru merupakan pribadi selanjutnya setelah orang tua yang sangat penting untuk dibekali. Beberapa masukan memang terdengar jelas saat sesi berlangsung. Guru-guru dengan kompetensi terbatas tentu membutuhkan pengetahuan dan keterampilan lebih mengenai pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.Â
Tentu tidak mudah, namun demikian melihat kenyataan yang ada, saya sangat bersyukur mengenal mereka semua, karena semangat untuk memberdayakan semua siswa tanpa tebang pilih sangat besar.
Program-program akan dibuat untuk mewadahi hal-hal teknis dan pemahaman guru-guru ini untuk kemajuan yang lebih baik bagi siswa dan sekolah.
Program Parenting
Program ini diupayakan sekolah sebagai jembatan edukasi dan komunikasi sehingga, orang tua dalam kaitan mendampingi pendidikan putra-putri mereka tetap seimbang dan seirama sehingga dapat mengurangi friksi.
Program Rumah Buku untuk Desa
Salah satu tujuan penting kerja bersama HOPE (Home Of PsychE) dan institusi sekolah juga perangkat desa adalah perpustakaan keliling yang saya namakan Rumah Buku. Rumah Buku menjadi sebuah program utama dalam membantu kemajuan literasi di desa Ringinsari ini.Â