Ayah Aliazada selalu membela Alizada dan hak saudara perempuannya untuk mengendarai sepeda ketika mereka diserang karena melakukannya di Afghanistan.
Alizada ingin mendorong wanita di Afghanistan untuk mengikuti jejaknya sebagai atlet profesional. "Saya ingin agar para gadis (di Afghanistan) mengerti bahwa gadis pun bisa mulai menjadi atlet. Jika saya bisa, kalian bisa juga," ungkapnya.
Komite Olimpiade Internasional dan Badan Pengungsi PBB telah mengumumkan skuat pengungsi terakhir yang bersaing di bawah bendera Olimpiade selama Olimpiade Tokyo bulan depan. Enam dari 29 anggota tim itu sudah menjadi bagian dari tim pengungsi pertama di Rio 2016.
Dalam upacara virtual pada Selasa (8 Juni), Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan badan pengungsi PBB UNHCR mengumumkan komposisi Tim Olimpiade Pengungsi  untuk Olimpiade Tokyo mendatang.
Dengan 29 anggota, skuad ini hampir tiga kali lebih besar dari tim pengungsi perdana yang beranggotakan 10 orang di Olimpiade Rio. Para atlet akan berkompetisi dalam selusin cabang olahraga. Saat ini mereka berlatih dan tinggal di 13 negara berbeda.
Tim yang dipilih oleh IOC diambil dari 56 atlet yang telah meninggalkan negara asalnya dan mendapat beasiswa untuk berlatih Olimpiade di negara asalnya yang baru.Â
Semoga sukses, Mbak Alizada. Kisahmu menginspirasi para gadis muda dari daerah konflik dalam meniti karier sebagai atlet profesional meski banyak tantangan menghadang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H