Di pematang sawah aku membiarkan netra berkelana
Meninjau tanaman padi yang tumbuh subur memberi tanya
Mengapa tak jua tegak menatap angkasa
Makin merunduk ketika penuh bulirnya
Hari demi hari dijalani dalam diam
Proses pertumbuhan tak luput dari derai hujan pun panas menghunjam
Semua disambut dengan ikhlas demi bulir yang bernas
Hingga harinya kelak setiap orang menuainya dalam puas
Sebuah makna lalu kurenungkan
Apakah demikian halnya dengan kehidupan
Saat semua mimpi ada di genggaman
Bolehkah sekadar menjadikannya kebanggaan
Ataukah kerendahan hati tetap teguh diagungkan
Menyadari semua hanyalah anugerah pemberian
Kapanpun dapat diambil kembali seiring merapuhnya badan
Terhempas hingga karam oleh badai hilang ingatan
Kepada hati yang berkecamuk daku membujuk
Bahwa kecongkakan mendahului kehancuran
Rendah hati menuai kebahagiaan
Seumpama padi kian berisi kian merunduk
....
Puisi kolaborasi oleh Diari untuk Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H