Ketujuh lubang panca indera adalah dua lubang telinga, dua ujung mata, dua lubang hidung dan di bawah lidah. Jika almarhum tidak mempunyai anak, maka suami, isteri, atau keponakan boleh memasangkan mutiara atau kapas tersebut.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa roh orang yang meninggal pergi ke tempat yang jauh dan penuh misteri. Manusia yang masih hidup tidak mengetahui ke mana tujuannya. Sebagai simbol sesuatu yang bersinar, mutiara atau kapas diharapkan dapat membantu agar panca indera almarhum masih bisa berfungsi saat melewati jalan yang gelap.
Setelah peti mati ditutup, sai kong memandu anak laki-laki atau menantu laki- laki sulung untuk memukul paku di empat sudut searah dengan jarum jam. Tiap paku hanya dipukul satu kali, dari paku pertama hingga paku terakhir. Setiap paku memiliki makna tersendiri, yaitu:
1. Paku pertama di kanan atas melambangkan anggota keluarga mendapat banyak berkah,
2. Paku kedua di kanan bawah melambangkan anggota keluarga mendapat kekayaan yang berlimpah,
3. Paku ketiga di kiri bawah melambangkan anggota keluarga mendapatkan keberuntungan,
4. Paku keempat di kiri atas melambangkan anggota keluarga dijauhkan dari musibah.
Pakaian berkabung
Sebagai contoh, keluarga penulis yang berasal dari daerah Jinmen, Fujian, mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam. Mereka yang berasal dari daerah lain, ada yang mengenakan baju putih.
Baju berkabung harus dikenakan terbalik (jahitannya di luar) sebagai lambang anggota keluarga dalam suasana berduka, sehingga tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri. Anggota keluarga lelaki diikat kepalanya, anggota keluarga perempuan menggunakan kerudung.
Di bagian tengah ikat kepala dan kerudung ini terjahit potongan kain berbentuk persegi dan berwarna sesuai hubungannya dengan almarhum (disebut “ha”). Ha terbuat dari kain goni kasar untuk anak laki-laki dan menantu perempuan serta anak perempuan yang belum menikah.
Untuk anak perempuan yang sudah menikah dan menantu laki-laki, ditambahkan potongan kain berbentuk persegi yang lebih kecil berwarna merah di tengah potongan kain sebelumnya. Warna pakaian berkabung untuk cucu adalah biru tua. Pada ha yang dikenakan oleh cucu luar, ditambahkan potongan kain persegi berwarna merah.
Menangisi kematian orang yang dikasihi
Jika almarhum sudah sangat lanjut usia dan sudah memiliki canggah, keluarga dihimbau untuk bersikap tenang dan tidak menangisi kematiannya. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa mereka sudah berbahagia semasa hidup di dunia dan kematiannya adalah untuk menyongsong kebahagiaan yang lebih lagi.
Sebaliknya, jika almarhum belum berusia lanjut, keluarga akan meratapinya dengan suara keras. Ratapan ini terdengar seperti nyanyian pilu yang sangat menyayat hati.
Pakaian pelayat dan wan-lian (輓聯)
Pelayat dilarang mengenakan pakaian berwarna merah, kecuali jika almarhum adalah seorang yang sudah memiliki canggah.