Belum lama ini, NTT diterpa siklon Seroja yang meluluhlantakkan bangunan dan sejumlah kawasan. Siklon Serona ini memicu terjadinya tanah longor dan banjir bandang yang menimbulkan korban dan kerusakan.
Hari ini gempa bumi mengguncang sebagian wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta pada Sabtu (10/4/2021) pukul 14.00 WIB. Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyimpulkan gempa bumi tersebut memiliki magnitudo M=6,1.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT. Lindu itu terjadi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km. Demikian rilis kompas.com.
Indonesia negeri gempa
Indonesia adalah negeri gempa. Sebutan ini tidak berlebihan karena Indonesia dilalui jalur gempa aktif sebagai dampak aktivitas tumbukan 3 lempeng tektonik utama dunia.
Tiga lempeng itu adalah Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di dunia.Â
Pada tahun 2020 lalu, terjadi 8.264 kali gempa bumi di Indonesia. Pada tahun lalu, Â 11 gempa merusak terjadi di Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.
Yang tak kalah mencemaskan, Indonesia memiliki 13 segmentasi sumber gempa megathrust. Di Indonesia terdapat 295 segmentasi sesar aktif.Â
Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Hanya sebagian kecil wilayah saja yang tidak berpotensi gempa besar, misalnya Pulau Kalimantan. Karena itu pula, calon ibu kota baru sudah disiapkan di pulau Kalimantan.
Pengalaman warga Jepang
Jepang adalah teladan dalam menghadapi bencana alam, terutama gempa dan tsunami. Meskipun kerap diguncang gempa besar, korban jiwa dan kerusakan infrastruktur dapat ditekan berkat mitigasi bencana yang baik.
Masyarakat Jepang juga terbiasa menyiapkan diri untuk menghadapi bencana. Jalur evakuasi sudah dibuat dengan baik. Kesadaran untuk memiliki perlengkapan antisipasi bencana juga sudah tertanam dengan baik di benak warga Jepang.
Salah satunya, warga Jepang dididik untuk menyiapkan peluit dan senter di dekat tempat tidur. Dua perlengkapan sederhana ini akan sangat berguna ketika bencana terjadi. Jika tertimbun reruntuhan, korban dapat meniup peluit agar mudah ditemukan tim pencari.
Selain penting membangun konstruksi bangunan tahan gempa, warga Indonesia harus pula memiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana. Bukan hanya gempa, namun juga siklon, banjir bandang, dan aneka rupa bencana alam lainnya.
Salah satu upaya yang sebenarnya sangat penting dan relatif mudah kita lakukan adalah dengan memiliki tas siaga bencana. Tas siaga bencana ini berisi perlengkapan yang akan sangat menolong ketika bencana sungguh terjadi. Sudahkah kita memiliki tas siaga bencana?
Menurut laman ready.gov, berikut ini adalah perlengkapan siaga bencana yang perlu kita siapkan dalam tas siaga bencana:
1. Air minum dan air bersih: ada baiknya kita menampung air (tidak hanya andalkan keran).
2. Makanan (setidaknya persediaan tiga hari makanan yang tidak mudah rusak).
3. Radio bertenaga baterai atau engkol tangan.
4. Senter dan baterai ekstra
5. Kotak Pertolongan Pertama (P3K)
6.Peluit (untuk memberi tanda minta tolong)
7. Masker debu (untuk membantu menyaring udara yang terkontaminasi)
8. Plastik dan lakban.
9. Â Tisu basah, kantong sampah, dan pengikat plastik (untuk sanitasi pribadi)
10. Kunci pas atau tang (untuk mematikan utilitas)
11. Ponsel dengan pengisi daya dan baterai cadangan.
Adapun akun Instagram Cimahi Kota membuat penjelasan lengkap berikut dalam rupa infografik:
Simpan surat penting, pakaian tiga hari, makanan ringan dan minuman, kotak obat, alat komunikasi, uang, perlengkapan mandi, masker, senter, dan peluit dalam tas siaga bencana.
Salam edukasi bencana. Salam sehat. Doa dan upaya kita untuk membantu para korban dan mencegah jatuhnya korban akibat bencana. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H