Yang belakangan ini 3 di antara 9 bendungan yang akan dibangun pemerintah sudah resmi beroperasi, yakni Bendungan Raknamo di Kupang (2018), Bendungan Rotiklot di Belu (2019) dan Bendungan Napun Gete di Sikka (2021).
Semoga ke depannya dengan adanya pembangunan bendungan-bendungan ini, kita di Flobamora (akronim nama-nama pulau di NTT) tidak lagi mengeluh soal air bersih. Saya kira motivasi terbesar Presiden Jokowi adalah hal itu.
Menjaga Air, Merawat KehidupanÂ
Hari ini, 22 Maret 2021, kita semua merayakan Hari Air Sedunia. Di tengah perayaan hari air ini juga, kita umat manusia diajak untuk lebih memanfaatkan air dengan sebaik-baiknya. Selebihnya, berupaya menjaga ekosistem air agar tetap mengalir dan kualitasnya terjaga.
Hal di atas bertolak dari sebuah refleksi akan keprihatinan melihat kondisi air di bumi yang kita tinggali ini. Lantaran, dengan mata telanjang kita bisa saksikan sendiri kualitas air bersih di sungai, danau, dan laut yang saat ini umumnya sudah tercemar limbah industri maupun sampah rumah tangga.
Adalah sebuah ironi, karena di tengah perayaan hari air ini masih ada saudara sebangsa setanah air (terkhusus bagi mereka di Indonesia timur) yang pada masa-masa tertentu selalu mengeluh kekurangan pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Tak berhenti di situ, rerata isi laut kita juga sudah dipenuhi oleh onggokan sampah. Begitu juga dengan luas hutan kita yang saat ini sudah mulai berkurang dari tahun ke tahun akibat pembalakan liar dan tidak bertanggung jawab. Hutan sebagai area resapan air tak lagi bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita akan air.
Fakta ini memang sudah jelas-jelas bentuk dari kesewenang-wenangan umat manusia dalam mengelola alam dan memanfaatkan air. Entah kenapa kasus seperti ini selalu menjadi diskursus buruk setiap tahun di Indonesia.
Pihak yang paling dirugikan akibat keserakahan manusia ini adalah masyarakat di pedesaan. Mereka sudah mulai mengalami kesulitan swasembada air. Tak hanya untuk air minum sehari-hari, tapi juga untuk kebutuhan pertanian. Imbasnya, sudah pasti gagal panen dan produktivitas hasil pertanian menurun setiap tahunnya.
Maka dari itu, sebelum kita terlalu jauh melangkah dengan perilaku banal itu, seyogianya kita tidak boleh menjajah alam ini dengan semaunya dan sesuka-sukanya. Ketika kita kelewatan serakah, alam: tanah, air, dan gunung pasti akan membuat perhitungan dengan kita manusia, lewat caranya sendiri. Tentu saja.