Kedua tamu ini dijamu makan dengan lauk daging kerbau yang dicampur dengan santan dari gadung, sehingga selesai makan kedua orang ini mendem (mabuk). Karena sikap kedua tamu ini sombong, maka ditolaklah lamaran mereka.
Mengetahui lamarannya ditolak maka terjadi peperangan, di mana akhirnya kedua tamu dari Negoro Bali ini kalah dan melarikan diri ke arah timur. Mereka beristirahat di suatu tempat dekat Belik (sendang) yang dibuat oleh Dewi Soetiyem.
Di sendang tersebut mereka haus dan meminum air sendang yang ternyata berbau busuk. Oleh Kebo Lelono, tempat itu akhirnya dinamakan Larangan.
Djoko Begadung mengejar kedua tamunya sampai di daerah Kasreman. Dari sana, Djoko Begadung melanjutkan perjalanan mencari pertapaan orang tuanya.
Di tengah perjalanan sampailah ia di sendang, dan ia mandi di sana dengan sukaria berlebihan, sambil ciblon-ciblon. Itu adalah permainan anak-anak ketika mandi di sungai atau di pemandian, dengan cara menepak-nepakkan telapak tangan pada permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi tertentu. Ia berteriak-teriak kegirangan.
Soetowidjojo yang mendengar suara riuh dari pertapaannya berkata, “Yen ing atase manungsa adus, ora kaya mengkono. Kuwi sipate kewan.” Artinya, kalau manusia mandi tidak akan seperti itu. Itu seperti hewan.
Maka Djoko Begadung berubah wujud menjadi seekor harimau. Djoko Begadung meraung-raung memanggil orang tuanya yang sedang bertapa.
Orang tuanya pun datang, sehingga terjadilah pertemuan mengharukan antara ayah dan anak, yang sudah berubah wujud menjadi harimau tersebut. Soetowidjojo menyesal dengan kata-katanya yang menjadi kutukan bagi anaknya. Lalu ia menamai tempat itu Sebaluh.
Akhirnya Djoko Begadung diajak pulang Soetowidjojo ke Negoro Marumi. Dalam perjalanan, mereka dihadang sekawanan harimau liar. Terjadilah perkelahian di tempat itu.
Sebelum berkelahi, Djoko Begadung mengasah kukunya pada sebatang pohon Jabon, sehingga pohon tersebut rusak. Oleh Soetowidjojo, tempat itu dinamakan Jabon Garut.
Perjalanan berlanjut lagi, kali ini Djoko Begadung dan Soetowidjojo bertemu dengan Kebo Lelono dan Kebo Kusumo. Terjadilah pertempuran kedua kalinya.