Pertama kali mengikuti MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) bidang kesehatan untuk mewakili Bapak Kepala Puskesmas yang sedang ada rapat di Kabupaten. Tentu saja ada kata sambutan yang harus disampaikan.
Saat itu saya menyampaikan kata sambutan seperti ini, “…yang terhormat Bapak Kepala Desa Gadungan, ini kepala desa yang asli bukan kepala desa yang gadungan, kan?” Sontak Bapak Kepala Desa tersenyum-senyum manis disambut tawa para undangan yang hadir saat itu.
Benar, saat itu saya sedang ada di desa Gadungan. Salah satu desa yang ada di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Desa ini terletak di daerah dataran rendah, di sebelah utara Gunung Kelud.
Gadungan, kalau menilik kata ini di KBBI, bisa berarti palsu, bukan yang sebenarnya (tentang orang yang menyamar sebagai polisi, pemimpin, dan sebagainya). Gadungan juga bisa berarti jadi-jadian (tentang manusia yang menjadi harimau, dan sebagainya).
Saya jadi bertanya-tanya. Bagaimana sejarah nama Desa Gadungan ini muncul? Apakah ada hubungannya dengan sesuatu yang palsu? Seperti alamat palsu yang dipopulerkan oleh Ayu Ting Ting. Eeyyaa….Hahaha…..
Maka, berselancarlah saya ke dunia maya. Dengan sekali klik saya menemukan website baru dari Desa Gadungan. Pada bagian Profil Desa, ada pilihan bila ingin mengetahui sejarah Desa Gadungan lebih terperinci.
Sejarah Desa Gadungan ini dibagi menjadi 2, yaitu sejarah sebelum tahun 1763 M dan sejarah sesudah tahun 1763 M. Sejarah sebelum tahun 1763 M lebih ke arah kisah legenda yang turun-temurun beredar di masyarakat. Sedangkan sejarah sesudah tahun 1763 M sudah tercatat dalam kronologi kepemimpinan desa Gadungan yang telah berganti-ganti kepala desa sejak tahun 1763 hingga saat ini.
Sejarah Sebelum Tahun 1763 M
Pada mulanya, disebutkan bahwa nama desa ini adalah Negoro Marumi, dan dipimpin oleh Soetowidjojo. Dia mempunyai 2 orang putra, bernama Djoko Begadung dan Clontang Koesoemo, serta seorang putri bernama Dewi Soetiyem (Melati Putih).
Demi melestarikan Negoro Marumi, maka Soetowidjojo berikhtiar dengan bertapa di Gunung Songgoriti. Tampuk pemerintahan diserahkan kepada Djoko Begadung.
Konon pada suatu hari, Negoro Marumi kedatangan dua orang tamu dari Negoro Bali. Tamu kakak beradik itu bernama Kebo Lelono dan Kebo Kusumo. Maksud kedatangan mereka ingin melamar Dewi Soetiyem.