Cengkih afo (cengkih tua) dipercayai sebagau cengkih unggulan yang dulu diburu Portugis dan VOC. Bahkan, cengkih menjadi indukan bagi cengkih di Kota Ternate. Letaknya di kelurahan Moya atau sedikit lebih mendekat ke puncak gunung.
Referensi mengenai Kesultanan-Kesultanan di Maluku Utara serta sejarah perdagangan rempah-rempah dapat dibaca di buku karangan Alm. Adnan Amal berjudul "Kepulauan Rempah-Rempah : Perjalanan Maluku Utara, 1250-1950"
Kota Perdagangan, dan Pendidikan
Kota Ternate dari zaman masuknya Islam pada 14 Masehi, zaman Portugis, dan zaman VOC hingga sekarang menjadi kota perdagangan paling penting di Maluku Utara.
Dari Kota kecil inilah semua akses perputaran uang, barang, dan jasa berjalan. Kota ini layaknya Jakarta. Ternate memiliki peranan penting bahkan tidak hanya perihal ekonomi tetapi juga sosial, politik, hingga pendidikan.
Transaksi jual beli semisal pala, cengkih dan kelapa dilakukan di sini, sebab para pedagang besar berada di Kota Ternate.
Masyarakat dari dataran Halmahera ketika habis panen mayoritas melakukan penjualan ke Kota Ternate dengan menempuh perjalanan laut. Selain melakukan penjualan, juga berbelanja kebutuhan pokok untuk dibawa kembali ke kampung halaman.
Kota Ternate juga dikenal dengan Kota Pendidikan, layaknya Yogyakarta Di sini terdapat satu kampus negeri dan beberapa kampus swasta.
Tentu banyak anak-anak dari kabupaten lain yang hendak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi akan menuju Ternate. Tinggal bersama sanak saudara hingga indekos.
Ternate, Rumah Berbagai Suku
Kota Ternate adalah kota dengan berbagai suku, baik dari Maluku Utara hingga luar Maluku Utara seperi Bugis, Cina, Arab dll. Warga Ternate berbaur menjadi satu meski berbeda suku, agama, dan ras. Masyarakat Ternate hidup berdampingan. Jarang terjadi konflik.