Ada seorang pagawai pada suatu perusahaan di usianya menginjak 50 tahun terkena sakit jantung, praktis sisa hidupnya dihabiskan untuk berobat dan uang tabungan yang dikumpulkan habis hanya untuk membayar biaya pengobatan.
Kisah di atas sebagai gambaran bahwa pegawai tersebut tidak dapat menjaga kesimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, khususnya menjaga kesehatan.
Worklife balance sangat diperlukan oleh para pekerja. Jangan sampai pekerjaan menyita waktu, pikiran dan tenaga, serta mengorbankan kesehatan dan keluarga yang dicintai.
Setidaknya ada 3 motivasi pegawai atau karyawan dalam bekerja yaitu:
1. Motivasi Mencari Uang
Pegawai dengan motivasi ini akan menempatkan uang di atas segala-galanya. Sehingga besar kemungkinan standar kehidupan diukur berdasarkan uang.
Dan dalam praktinya dalam bekerja akan berorientasi pada uang, dan bisa jadi akan menghalalkan segala cara dalam bekerja.
2. Motivasi Menjalankan Tugas
Pegawai dengan kategori ini hanya akan menjalankan pekerjaan sesuai dengan job description saja. Ia tidak akan bersedia melakukan pekerjaan di luar tugasnya.
Bekerja sebagai rutinitas, monoton dan miskin kreativitas, sehingga kinerjanya tidak optimal. Bekerja hanya berdasarkan perintah, bukan atas inisiatif pribadi.
3. Motivasi Karena Panggilan
Pegawai dalam kategori ini sadar bahwa dimana ia bekerja saat ini merupakan panggilan hidupnya. Ia akan mencintai pekerjaan dan mau mengerjakan apa saja, termasuk yang di luar tugasnya.
Jika ia mendapatkan gaji atau meraih jabatan itu sebagai akibat dari dedikasi dan kerja kerasnya yang tidak "hitung-hitungan" dalam pekerjaan.
Lalu bagaimanakah hubungan antara motivasi kerja dengan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan? Berikut ini ada 4 keseimbangan yang dibutuhkan seorang pegawai:
1. Kesimbangan Pekerjaan dengan Keluarga
Tidak sedikit pegawai yang melupakan waktu untuk keluarga dan tertalu banyak hidupnya untuk pekerjaan. Padahal waktu untuk keluarga tidak dapat tergantikan oleh apa pun.
Ia sedang kehilangan kehangatan dengan keluarganya. Misalnya tidak dapat mendampingi anaknya yang sedang tampil di atas panggung, dan sebenarnya menjadi momentum yang sangat berarti bagi anaknya.
2. Keseimbangan Pekerjaan dengan Ibadah
Ini juga menjadi persoalan yang serius kalau pegawai mengesampingkan ibadah karena kesibukan dalam bekerja. Ibadah akan mendewasakan cara berfikir, perilaku dan tindakan.
Pekerjaan hanyalah sebagai bekal untuk kehidupan di bumi, sementara ibadah akan menjadi bekal kehidupan setelah kematian.
3. Kesimbangan Pekerjaan dengan Olahraga
Pegawai di kota-kota besar biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk menuju ke kantor dan sebaliknya arah pulang karena kemacetan jalan.
Sehingga ada istilah P4, "pergi gelap pulang gelap pendapatan pas-pasan." Di sini dibutuhkan kesungguhan hati untuk menyempatkan waktu melakukan olahraga, agar tetap bugar sampai usia lanjut.
4. Keseimbangan Pekerjaan dengan Sosial
Teori kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi adalah aktualisasi diri. Hal ini tidak harus menunggu meraih jabatan tertentu baru bisa melakukannya.
Namun, dalam jabatan apa pun saat ini dapat melakukan aktualisasi diri dan melakukan kegiatan sosial sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Selama hal tersebut untuk kebaikan bagi orang lain.
Ke empat keseimbangan tersebut di atas mudah diucapkan tetapi sulit untuk diimplementasikan. Untuk itu diperlukan beberapa kiat atau tip agar dapat mencapai worklife balance, yakni:
Komitmen
Komitmen penting bagi seorang pegawai atau karyawan. Dengan komitmen dapat membangun kepercayaan baik dengan atasan, bawahan dan rekan sejawat. Komitmen dapat menjadi identitas diri dan meningkatkan personal branding yang positif.
Tanggung Jawab
Pegawai yang tidak bertanggung jawab akan mendapatkan penilaian yang buruk dari atasan. Sehingga hal ini harus dihindari. Mulailah bertanggung jawab dengan tugas-tugas kecil yang dibebankan. Jangan menunda pekerjaan dan buatlah prioritas yang penting dan mendesak untuk dikerjakan terlebih dahulu.
Profesional
Belajarlah bekerja secara profesional, membuktikan kalau memang menguasai bidangnya. Bersedia belajar dari setiap kegagalan dan selalu kreatif mencari cara baru. Untuk melengkapi keahlian dapat belajar dari buku, mengikuti pelatihan dan program sertifikasi.
Hubungan baik
Jangan lupa untuk menjaga hubungan baik dengan siapa pun juga, baik atasan, bawahan, rekan satu tim, bahkan rekan lintas departemen dan rekanan. Hubungan baik ini perlu untuk mengokohkan jabatan dan mempersipakan diri untuk mendapat tugas baru.
***
Pegawai atau karyawan ada baiknya untuk mengambil waktu sebentar merenungkan apa yang sudah dilakukan selama ini. Carilah apa yang masih harus diperbaiki, dan sisihkan waktu baik untuk keluarga, olahraga, ibadah dan kegiatan sosial.
Jangan sampai waktu untuk bekerja menyita banyak kesempatan penting yang seharusnya dilakukan. Dan kesempatan penting itu berguna untuk keluarga, kehidupan masa tua bahkan kehidupan kekal. (KB)