Menari membuat percaya diri (Mbak Maria Ayu)
Menari, menjadi pijakan awal diriku mengenal dunia seni. Pertama kali menari, saat aku duduk dibangku TK. Â Menjadi penari adalah cita-citaku di saat masih kecil. Aku dalam menaripun terinspirasi dari tante-tanteku. Itupun juga didorong karena anjuran dari mereka. Menari membuat aku merasa nyaman dan senang.
Berkat menari, aku menanam bibit kepercayaan diri itu yang bisa aku pertahankan dari sekarang.
Aku berusaha melahap apapun jenis tarian yang diajarkan. Tetapi memang berangkat dari tari tradisional. Ketika duduk dibangku TK, aku sudah sering tampil dengan tari-tarian tradisional dan kreasi. Biasanya untuk mengisi acara-acara pentas seni sekolah.
Oh iya, menginjak kelas 4 SD diriku juga masuk sanggar tari Prigel yang berada di daerahku. Seperti sistem pendidikan di sekolah, setiap tahunnya akan ada pementasan sebagai bentuk dari ujian tanda kelulusan naik tingkat ke level selanjutnya.
Saat menginjak kelas 5 SD, aku ingat betul. Waktu itu di tempat tinggalku, masih  menggalakkan tari kesenian daerah, yaitu Dolalak. Setiap acara apapun baik sekolah, maupun acara satu kecamatan dan kabupaten selalu ada tari Dolalaknya. Nah, diriku juga ikut berkontribusi mewakili sekolah untuk dikirim menampilkan tari Dolalak massal tersebut.
Selain itu, ada juga perlombaan tari yang sering diriku ikuti, termasuk tari Dolalak. Ada satu pengalaman membekas yang membuat diriku tertawa saat mengingatnya kembali.Â
Ketika pertama kali mengikuti lomba tari Dolalak tingkat Kecamatan Kutoarjo. Satu tim terdiri dari tujuh orang dengan satu orang cadangan. Pada saat itu, salah satu patner dari tim inti tumbang, sehingga digantikan dengan satu cadangan.
Untung sekali, tanpa disangka mendapat juara 3, namun dengan catatan ketika di panggung tidak ada komunikasi dengan penari lainnya. Memang betul, karena patner cadangan salah pola lantai  dan posisi sehingga membuat penari lainnya kelabakan untuk menyesuaikan. Ya, akhirnya kita secara gantian berbisik, kongkalikong mendiskusikan pola lantai diatas panggung.
Betapa lucunya saat itu ketahuan juri ternyata kami berdiskusi di atas panggung. Wah, benar-benar pengalaman menggelitik yang aku rasakan. Sekaligus bisa menjadi pecut diriku dan rekan satu tim untuk tidak mengulanginya lagi. Dari situlah, diriku mulai berkembang dan belajar untuk improvisasi.