Burung hantu juga berperan sebagai pembasmi hama. Ketika malam hari, burung ini akan memburu tikus, kelelawar, serangga, dan hama-hama lainnya. Oleh karena itu, burung ini menjadi sahabat para petani. Demi melindungi populasinya, burung ini lalu dikait-kaitkan pada hal-hal yang menyeramkan sehingga membuat orang berpikir berkali-kali untuk memburunya.Â
Burung kuntul besar dikisahkan sebagai jelmaan putri yang sangat cantik. Oleh karena itu, agar tidak mendapat kutukan dari putri tersebut, kita dilarang memburunya. Faktanya, burung ini memang sangat cantik dan unik. Keunikan dari burung ini adalah ketika musim kawin, kulit mukanya akan berubah menjadi biru hijau, paruh hitam, dan kaki juga berwarna hitam (Azizah et al., 2015). Oleh karena itu, warga setempat menjaga populasi burung ini dengan cara membuat pantangan dan cerita-cerita mistis.
Melihat minat masyarakat terhadap hal-hal gaib sangatlah besar, dan mereka cenderung mempercayai hal-hal yang berbau mistis. Tampaknya stigma-stigma mengerikan cukup berpeluang untuk menjaga kelestarian alam. Terlepas dari kebenaran wilayah itu memang angker atau tidak, hewan itu memang merupakan jelmaan atau bukan, cerita-cerita mistis yang dilekatkan pada mereka mampu menjaga kelestarian alam dan fauna-faunanya. Masyarakat tradisional di desa dan wilayah-wilayah terpencil tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan mengikuti pantangan-pantangan yang masih dipercayainya. Sebagai masyarakat yang menghormati kebudayaan dan kepercayaan tradisional, sudah selayaknya potensi kisah-kisah mistis dalam konservasi alam ini kita jaga keberlanjutannya.
Oleh: Arda untuk Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H