Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Nirmala

14 Januari 2021   11:55 Diperbarui: 14 Januari 2021   12:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik, semoga sukses," ucap Ka Dion.

Entah darimana datangnya Ka Dion, sungguh aku tidak menyadarinya. Padahal, biasanya pendengaranku bisa diandalkan.

Salah satu keberuntungan, dapat mendengarkan dengan baik. Nasihat, dan doa Ibu panti, guru, kakak kelas dan teman-teman. Semua aku ingat dan simpan dengan baik. Mereka bilang, aku pendengar yang handal.

Ka Dion adalah kakak asuhku, dia yang pertama kali berkata, suaraku merdu. Hingga, Ibu panti menambah kegiatan bernyanyi di sela-sela waktu belajarku.

Kehidupan panti, adalah yang terbaik. Mungkin, karena aku tidak pernah merasakan kehidupan bersama ayah dan ibu kandung. Meskipun, kadang sepertinya menarik hidup dalam keluarga kecil yang bahagia.

Bahagia, ya bahagia. Aku bahagia dengan kasih sayang Ibu panti dan teman-teman semua. Menjalani hari-hari dengan kebersamaan dan cinta. Dari mulai bangun tidur, hingga kembali tertidur.

Kami makan bersama, main bersama, mengaji dan belajar bersama. Kadang, aku merindukan teman-teman yang sudah diasuh oleh orang tua lain. Namun aku bersyukur, mengingat mereka akan lebih bahagia di tempat baru.

Keberuntungan menyertaiku, berada di antara orang-orang baik. Bahkan, saat aku terjatuh dan kesakitan. Beruntung aku masih bisa bangkit berdiri dan kembali berjalan.

"Nirmala, sudah siapkah, Cantik?" suara lembut Ibu panti bertanya kepadaku.

Aku menarik nafas panjang dan berkata, "Siap Ibu."

"Syukurlah, penggemar sudah tak sabar mendengarkan kamu bernyanyi," ucap Ibu panti seraya mencium keningku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun