Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rekomendasi Buku untuk 2021: Cara untuk Tetap Tenang di Dunia yang Serba Cepat oleh Haemin Sunim

2 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 2 Januari 2021   08:01 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah memang dunia yang terlalu sibuk, atau malah batin saya?"

Di masa modern sekarang, dunia terasa serba cepat dengan perkembangan teknologi yang tidak pernah melambat, dari mobil yang dapat dikendalikan otomatis tanpa supir hingga robot yang dapat menyapu dan membersihkan lantai rumah. Bahkan media sosial yang digunakan sehari-hari sekarang didesain dengan teknik algoritma khusus untuk menarik perhatian penggunanya yang kemudian tidak jarang berkembang menjadi sebuah kecanduan. 

Arus dunia serba cepat ini juga mengikutsertakan manusia yang dituntut untuk bergerak, berpikir, dan bekerja tanpa kenal waktu. Manusia cenderung berfokus pada hal-hal besar dan menarik perhatian seperti berita perkembangan politik, mengabaikan hal-hal sederhana yang membahagiakan seperti menikmati sepiring telur ceplok yang garing, tetapi  kuningnya masih setengah matang buatan Ibu. Waktu dan ketenangan jiwa menjadi harga yang harus dibayar untuk tetap up to date. 

Haemin Sunim lewat bukunya yang berjudul, "The Things You Can See Only When You Slow Down: Cara untuk Tetap Tenang dan Berkesadaran di Tengah Dunia yang Serba Cepat" memberikan jawaban dari kekhawatiran modern sekaligus praktik hidup berkesadaran yang dapat membantu pembaca 'ngobrol dan duduk tenang' dengan berbagai permasalahan modern yang pembaca alami. 

Penulis buku ini adalah Haemin Sunim yang merupakan biksu Buddha Zen dan penulis terkenal yang berasal dari Korea Selatan.   Sebelum memutuskan menjadi seorang biksu, Haemin lahir dengan nama Ryan Bongsuk Joo pada 12 Desember 1973 dan menempuh pendidikan perfilman di UC Berkeley, Harvard dan Princeton. Setelah selesai menempuh pendidikannya, Haemin banting setir dan memilih untuk mendedikasikan hidupnya menjadi seorang biksu dan mengajar agama Buddha di Hampshire College di Massachusetts, Amerika Serikat. 

Bermula dari cuitan iseng di Twitter dan tulisan yang ia bagikan di Facebook, Haemin Sunim mulai mendapatkan pesan terima kasih dari pembaca yang merasa diubah hidupnya hingga tawaran untuk membukukan tulisannya dalam sebuah buku. Ketenarannya di media sosial memberikannya julukan sebagai "Media Star Monk" dan "Mega Monk".

Walaupun buku ini ditulis oleh seorang biksu, setiap kalimat yang ditulis oleh Haemin Sunim merefleksikan permasalahan modern yang dapat dialami siapa pun  terlepas agama yang dianut. Buku ini terdiri dari 8 bagian pembahasan, yaitu: istirahat, kesadaran, gairah, hubungan, cinta, kehidupan, masa depan, dan spiritualitas.

Sedikit berbeda dengan buku Self Improvement biasanya, setiap bab dari buku ini dimulai dengan sebuah esai pendek dan diikuti dengan barisan pesan pendek yang untuk direnungkan. Haemin Sunim juga menyarankan untuk membaca buku ini selambat mungkin tanpa rasa tergesa-gesa guna merefleksikan setiap kalimat tersebut ke permasalahan hidup pembaca.  

Terdapat sebuah bagian tulisan dari Haemin Sunim yang membantu penulis melewati tahun 2020 yang serba cepat sekaligus serba tidak pasti. Haemin Sunim memberikan tiga wawasan sebagai cara yang perlu kita lakukan agar bisa bahagia. 

Wawasan yang pertama adalah tidak perlu menghabiskan waktu dalam hidup kita untuk mengkhawatirkan penampilan kita di mata orang lain. Sebenarnya orang-orang tidak sepeduli tentang penampilan kita daripada yang kita kira. Kita tidak ingat pakaian ataupun gaya rambut dari teman yang kita temui minggu lalu. Jika kita sendiri tidak ingat, bagaimana mungkin teman kita mengingat hal yang sama tentang diri kita? 

Yang kedua adalah tidak semua orang harus menyukai diri kita. Karena kita sendiri pun tidak menyukai tiap-tiap orang. Kita harus menerima kenyataan dari hidup, dimana kita tidak bisa mengatur bagaimana perasaan orang lain terhadap kita. Apabila ada seseorang yang tidak menyukai diri kita, cara terbaik untuk tidak menyiksa diri adalah dengan membiarkannya dengan pendapatnya sendiri. 

Wawasan yang terakhir adalah jika kita jujur dengan diri kita sendiri, kebanyakan hal yang kita lakukan demi orang lain sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri. Penting bagi kita untuk mengakui keinginan kita dan melakukan hal demi orang lain untuk kepentingan orang lain, bukan kepentingan diri sendiri. 

Di atas merupakan satu dari berbagai rangkaian esai yang diikuti dengan kalimat pendek yang disajikan oleh Haenim Sumin dengan sederhana. Haemin Sumin menggunakan contoh sederhana dari pengalaman hidupnya untuk membantu pembaca mengerti, dari bagaimana menghadapi cinta bertepuk sebelah tangan hingga bagaimana beristirahat ketika hidup mengecewakan kita. 

Buku ini cocok dibaca sembari merayakan tahun baru 2021 yang datang bersamaan dengan harapan dan resolusi baru untuk menjadi diri yang lebih baik. Buku ini memberikan perspektif bijak dengan penjelasan yang sederhana untuk membantu kita menentukan resolusi yang tepat di tahun 2021. 

Sebagaimana buku ini telah membantu penulis melewati berbagai masalah dan masa-masa sulit, penulis merekomendasikan dan berharap karya Haemin Sunim ini dapat menginspirasi sekaligus membantu pembaca untuk 'ngobrol dan duduk tenang' dengan setiap permasalahan yang akan kita lewati di tahun yang baru ini.

Penulis ingin menutup rekomendasi buku ini dengan  kalimat favorit dari buku ini:

"Teman-teman yang saya kasihi, janganlah patah semangat hanya karena kita sedikit tertinggal. Hidup bukanlah suatu perlombaan lari serratus meter melawan orang lain, melainkan marathon seumur hidup melawan diri sendiri. Alih-alih memfokuskan diri untuk menyalip orang lain, lebih baik temukan keunikan kita terlebih dahulu. "

Ditulis oleh Jeniffer Gracellia untuk seluruh sahabat Inspirasiana. 

[ed. K71] 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun