Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Daun di Atas Bantal: Rupa Naluri Keibuan Tiap Insan

28 Desember 2020   15:07 Diperbarui: 28 Desember 2020   15:14 1804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok ibu hadir begitu tepat di depan mata saya, ketika saya merasa kurang atas hadirnya sosok yang memberikan kasih sayang kepada saya.

Nah, sama bukan seperti sosok Asih dalam film Daun Di atas Bantal? Lewat film tersebut, kita jadi memahami perihal ibu dimaknai sebagai arti yang lebih dalam. Menjadi ibu bukan hanya sekadar perihal hubungan darah sebagai orang yang melahirkan, tetapi ibu merupakan naluri untuk merawat dan mengayomi orang lain. 

Ibu bisa kita rasakan dan sejatinya bisa hadir di dalam diri siapa saja. Ketika orang tersebut mampu mengayomi, melindungi, dan merawat tanpa pamrih.

Hal ini juga terbingkai dengan jelas bahwa naluri Asih sudah bisa dianggap sebagai sosok ibu, ketika pada akhirnya Asih menyesal, merasa bersalah yang berkepanjangan akibat ketiga anak jalanan tersebut menerima nasib naas. Mereka meninggalkan Asih sepenuhnya tanpa teka-teki.

Saya memahami betul, ketika puncak emosi Asih belum terselesaikan ketika berkonflik dengan ketiga anak tersebut, tetapi mereka sudah pergi. Asih menyadarinya bahwa dirinya telah terlambat untuk mengungkapkan sebenarnya kegeramannya dia adalah buah kasih sayang naluri dia sebagai ibu bagi Kancil, Heru, dan Sugeng.

Asih menjadi linglung dan sepanjang hidupnya dihantui rasa bersalah itu. Kenangan manis akan selalu diingat di dalam benaknya. Daun Di atas Bantal berusaha mengajarkan kita  untuk berbagi kasih dengan orang. 

Selain itu, menyadarkan kita bahwa kedekatan emosional itu bisa dibangun di rumah. Rumah bukan sekadar bangunan melainkan tumpahan segala warna-warni momen yang dilalui bersama-sama. 

Naluri seorang ibu bisa muncul dan kita rasakan dari siapa saja baik teman, saudara, bahkan orang asing sekalipun.

Kita bisa menjadi sosok ibu bagi orang lain yang membutuhkan, tidak usah menunggu peran dan tanggung jawab itu datang. 

Lihatlah sekeliling kita, apa saja masalah yang dihadapi orang di sekitar kita? Mungkin saja mereka rindu akan naluri seorang ibu. Kita bisa berusaha membantunya dengan memberikan atensi dan menciptakan momen sehingga orang tersebut merasa nyaman.

Daun di atas Bantal menyadarkan kita bahwa tiap insan bisa menjadi ibu yang memperhatikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun