Sesederhana itu aku dapat merasakan usaha dirimu untuk berusaha menjadi pelipur lara bagiku.
"TIDAK!!!! Jangan hanya karena rasa iba dan kasihan kau berempati denganku. Tidak! Aku tidak sanggup, jangan mendekat, jangan semakin mendekat!!"
Namun, aku tetap merasa tidak percaya diri. Aku merasa hanya bisa menjadi pengagum rahasiamu saja. Â Pikiranku memuncak tumpat padat, menyadari kegetiran jikalau aku mengungkapkan perasaan ini kepada dirimu.
"Ya, lebih baik seperti ini saja, diriku takut jikalau hubungan yang sudah kita bangun sirna karena rasa kerisihanmu. Akhirnya kamu berjalan mundur. Aku semakin tidak sanggup menahan amarah."
Walaupun sebenarnya kalau boleh jujur, diriku sedang butuh penopang. Diriku kalut, banyak muatan emosi yang tidak tersampaikan kepada dirimu.Â
"Aku segan untuk menghadapi dan mengakuinya. Aku malu. Tidak! Tidak! Otakku rancu. Aku buntu! Pikiran terus menggerogoti jiwa dan ragaku, tak mentoleransi apa pun itu."
Hingga aku merasa mabuk kepayang tak sadarkan diri.
24 Desember 2020
Begitulah curahan hati Sari saat itu. Pergolakan batin yang begitu kuat membuat ia kesulitan mengambil langkah untuk berjalan kedepan. Dirinya terus tergerus rasa keraguan seperti ombak, apalagi perihal suatu hubungan asmara. Ia begitu takut untuk memulainya.
Lantas bagaimana kisah Sari selanjutnya? Siapa Sari itu, dan siapakah orang yang bisa membuat Sari jatuh hati?
Ditulis oleh Ayu Diva Yulita untuk Inspirasiana.