Siapa pun yang tinggal di dekat kawasan gunung berapi tentu sangat cemas akan bahaya yang mengintai di balik pesona gunung berapi. Demikian pula kita yang memiliki saudara, sahabat, serta kenalan di kawasan sekitar gunung berapi.
Rasa cemas masyarakat akan letusan gunung berapi sering dipermainkan oleh para penebar berita bohong atau hoaks. Entah untuk tujuan apa, selalu saja ada hoaks yang menyertai kabar peningkatan status kewaspadaan gunung berapi dan letusan gunung berapi di Indonesia dan dunia.
Indonesia, negeri gunung api
Tahukah Anda, berapa jumlah gunung berapi di Indonesia? Hmm, jawabannya bisa bervariasi. Tergantung bagaimana kita mendefinisikan gunung berapi.
Ada dua jenis gunung berapi: aktif dan tidak aktif. Jumlah keseluruhan gunung berapi di Indonesia adalah sekitar 500 gunung. Akan tetapi, setidaknya hingga tahun 2012 lalu, jumlah gunung berapi aktif di Indonesia "hanya" 127.

1) Tangkuban Perahu, 2) Ciremai 3) Merapi 4) Slamet 5) Lamongan 6) Lurus 7) Arjuno 8) Welirang 10) Baluran 11) Raung 12) Kawi 13) Butak 14) Argopuro 15) Penanggungan 16) Ijen 17) Kelud 18) Semeru, dan 19) Bromo.
Menurut situs resmi magma.esdm, Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Indonesia juga tercatat menderita paling banyak korban jiwa akibat letusan gunung berapi.
Ternyata tidak semua gunung api aktif diamati oleh PVMBG atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. PVMBG hanya mengamati 69 gunung api aktif dari 127 gunung api aktif di Indonesia.
Gunung api aktif ini dibagi menjadi tiga tipe:
- Gunung api Tipe A, berjumlah 77. Gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600.
- Gunung api Tipe B, berjumlah 29. Memiliki catatan sejarah letusan sebelum tahun 1600.
- Gunung api Tipe C, berjumlah 21. Tidak memiliki catatan sejarah letusan, tetapi masih memperlihatkan jejak aktivitas vulkanik, seperti solfatara atau fumarole
Tiga hoaks khas gunung api
Jika kita telusuri, ada sejumlah berita hoaks yang biasanya menyertai peningkatan status aktivitas gunung berapi dan letusan gunung.
Pertama, hoaks video dan foto letusan
Jenis hoaks pertama adalah hoaks video dan foto letusan yang segera viral di media sosial dan media perpesanan seperti WhatsApp dan Telegram.
Lazimnya video dan foto hoaks yang beredar menunjukkan letusan dahsyat yang membuat kita takut. Sangat jarang video dan foto hoaks memperlihatkan yang sebaliknya, yaitu letusan kecil.
Salah satu ciri khas hoaks adalah menebarkan ketakutan. Kadang pula hoaks ini diciptakan untuk mengejar klik bagi media atau kanal YouTube abal-abal. Kadang pula sebagai upaya pansos (panjat sosial) atau usaha cari popularitas bagi warga(net) di media sosial.
Contoh berita bohong ini terjadi awal Desember tahun ini. Sebuah video Twitter dikisahkan sebagai video letusan Gunung Semeru di Jawa Timur. Ternyata hoaks belaka.
Ciri khas video dan foto hoaks adalah juga bahwa video dan foto itu tidak diunggah media dan lembaga tepercaya. Video dan foto hoaks biasanya dibumbui narasi menakutkan dan bombastis. Juga diawali atau diakhiri dengan ajakan untuk ikut menyebarkan berita itu.
Kedua, hoaks jangkauan lahar dan awan panas
Baru-baru ini, beredar pula hoaks jangkauan lahar dan awan panas Gunung Merapi yang dikabarkan bisa mencapai radius 10 kilometer dari puncak. Tentu saja hoaks ini membuat panik warga sekitar Merapi.
Setelah dikonfirmasi ke lembaga resmi, ternyata terbukti palsu. Si pembuat hoaks sangat patut dihukum pidana karena telah menyebabkan ketakutan yang tidak perlu.
Cara terbaik mematahkan hoaks ini adalah memeriksa berita dari media dan akun medsos badan tepercaya.
Ketiga, hoaks gunung meletus serentak
Hoaks jenis ketiga adalah bahwa beerapa gunung api akan meletus serentak. Hoaks ini sempat muncul pada April 2020 lalu. Pembuat hoaks membuat tangkapan layar situs resmi pemerintah dan membuat empat lingkaran untuk menandai gunung yang dikabarkan akan meletus serentak.
Hoaks ini dapat dipatahkan dengan logika ilmiah berikut:
1. Gunung berapi memang beraktivitas tiap hari. Bisa jadi letusan seolah bersamaan karena memang sama-sama sedang aktif. Jadi faktor kebetulan saja.
2. Dapur magma tiap gunung api itu terpisah dari gunung api lain. Meletusnya gunung api tidak serta merta memicu letusan gunung api lain.
Apa itu dapur magma? Kantung magma atau dapur magma adalah ruang bawah tanah besar berisi batuan mencair yang berada di bawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair di kamar magma berada pada tekanan yang besar, dan bila mendapat waktu yang cukup dan tekanan dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya membuat jalan keluar untuk magma. Jika dapat menemukan jalan keluar ke permukaan, hasilnya adalah letusan gunung berapi.
Cara memantau kondisi gunung api
Lantas bagaimana cara masyarakat memantau kondisi aktual gunung berapi di Indonesia yang diamati PVMBG? Sangat mudah, apalagi di zaman digital ini. Kita ambil contoh situasi terkini Gunung Merapi.
BPPTKG membuat saluran Youtube yang antara lain memuat siaran langsung situasi sekitar kawah Merapi. Alamatnya di sini.
Menurut BPPTKG, data live Merapi masih data mentah yang diambil langsung dari stasiun pemantauan. Data mentah ini akan diolah, ditelaah, dan disimpulkan oleh pengamat dan ahli gunung api di Badan Geologi. Data hasil pengamatan akan dilaporkan setiap pukul 00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB.
Laporan dapat diakses melalui laman magma.esdm.go.id atau melalui aplikasi android MAGMA Indonesia. Saya telah mengunduh aplikasi MAGMA Indonesia. Sangat bagus! Kita bisa memantau status tiap gunung api. Selain itu, ada juga info terkait bencana lain seperti tsunami, gempa, dan tanah longsor.
BPPTKG mengatakan, layanan ini ditujukan untuk kepentingan pemantauan sinyal seismik dan visual Gunung Merapi serta untuk keperluan pendidikan. Masyarakat diimbau tidak membuat penafsiran sendiri dari data mentah guna menghindari kekeliruan dan keresahan.
Salam literasi antihoaks.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI