Ada juga relief yang memperlihatkan Sang Buddha merenung hening dibawah rindangnya pohon Bodhi. Para muridNya yang sekolahnya ambruk pun bisa belajar dan beraktivitas dibawah pohon itu.
Pesan filosofis dari pohon-pohon itu sangat tinggi dan sangat dalam, tentu saja. Di mana pohon digambarkan seperti rumah. Meliputi pembentukan ruang paling dasar yakni akar dan tanah= lantai, batang= tiang, daun dan ranting= atap. Lukisan dinding relief candi itu bila diperhatikan amat keren, romantik dan sakral.
Sang Buddha pun menyebutkan, cinta, kedamaian dan persaudaraan digambarkan dengan menanam pohon. Sementara kebencian dan anarkhisme digambarkan dengan menebang pohon.Â
Begitulah, Buddha sangat peduli dengan eksistensi pohon dan hutan di bumi. Setidaknya saya pernah mengulas hal ini dalam sebuah artikel lawas di sini (sila klik).
**
Berkenaan dengan Hari Pohon Sedunia (world tree day) 21 November 2020 ini pula, kita semua kembali diingatkan sekaligus diajak untuk lebih mencintai pohon dan hutan di sekitar tempat kita tinggal.
Saya pikir, alasan dibalik adanya perubahan anomali cuaca dan iklim yang berubah-ubah dan tak menentu akhir-akhir ini besar pengaruhnya oleh volume luas lahan perhutanan sudah semakin menipis tiap tahunnya.
Maka dari itu, saatnya menerapkan prinsip arus balik. Yakni dengan melakukan reboisasi hutan yang sudah gundul akibat illegaloging, kebakaran dan sebagainya. Hanya itulah salah satu cara terbaik yang kita punyai saat ini.Â
Lantas, bersediakah kita melakukannya (?) Untuk memulihkan kondisi bumi yang saat ini kita tinggali?
Yuk, kawan-kawan, mari kita mulai dari diri sendiri untuk menanam pohon dan menghijaukan kembali bumi kita!
Selamat Hari Pohon Sedunia untuk kita semua. Salam hijau.