Indonesia amat luas dan kaya. Perjumpaan antarbudaya kerap menghasilkan kisah-kisah perjumpaan yang unik. Salah satunya aku alami saat bertugas di sebuah daerah di luar Jawa, tempat asalku. Sebut saja, Kabupaten Keren.
Di Kabupaten Keren ini, Kita bisa menjangkau kampung-kampung di pelosok dengan naik "taksi air" (begitu orang Keren menyebutnya), dan speedboat.
"Taksi air" itu seperti apa, sih? Jangan dibayangkan kapal fiber putih nan elegan. Taksi air itu kapal kayu yang berisi sekitar 30-an penumpang. Duduk berhadap-hadapan.
Suatu ketika, aku diundang ikut pesta perkawinan di sebuah kampung. Jaraknya jauh dari ibu kota kabupaten. Naik taksi air sekitar 4 jam baru sampai. Sepanjang perjalanan, panorama sungguh memesona. Bukit-bukit putih berselimut pepohonan hijau nan memukau. Aduhai, indahnya negeriku.Â
Nyaris Tanpa Sinyal dan Listrik
Seperti bisa diduga, kampung itu nyaris tanpa sinyal dan listrik. Hanya di sudut-sudut tertentu saja bisa ditemukan sinyal. Kalau bawa hape Iphone atau android terbaru sekalipun, gak akan ngaruh. Sinyal tak selalu ada.
Meskipun nyaris tanpa sinyal dan listrik, kebahagiaan warga tak berkurang. Persiapan jamuan makan siang disiapkan beramai-ramai. Urusan memasak terutama diurus oleh ibu-ibu dan anak remaja. Para bapak sibuk menyiapkan tempat dan hiasan adat.
Dimarahi Ibu-ibu
Sebagai tamu yang baik, aku merasa malu kalau tidak ikut membantu. Ya sudah, aku beranikan diri membaur dengan ibu-ibu yang sibuk memasak di belakang balai desa.
Saat membantu merebus air dan menyiapkan air panas untuk buat kopi, aku melihat dua drum besar berisi air. Karena penasaran, aku tengok isinya.
"Oh, air bersih. Namun, kenapa ada jeriken-jeriken putih di dalamnya?" bisikku dalam hati.
Aku angkat dua jeriken itu. Isinya air. "Hmm...mungkin ini air yang belum dituang ke dalam drum," pikirku. Aku lantas menuang isi jeriken-jeriken itu ke drum.
Tiba-tiba ibu-ibu berteriak, "Aduyy (Aduh), kenapa dituang ke drum? " Aku kaget. Seorang Ibu berkata, "Awas, ya kalau dituang semua, nanti tidak boleh makan."
Perkataan itu disambut gelak tawa ibu-ibu lain. Ternyata mereka marah tapi tidak serius.Â
"Lho, kenapa tidak boleh tuang air ke drum, Bu?" selidikku.
"Karena jeriken itu isinya air matang. Ditaruh di drum itu biar dingin. Drum itulah kulkas di sini," jawab seorang ibu. Â Kembali disambut tawa riang para ibu lainnya. Oh, aku baru mengerti. Ternyata kulkas terkeren sedunia ada di Kabupaten Keren.Â
No listrik no problem. Pakai drum air jadi adem!
Setelah kejadian itu, aku makin kagum dengan kreativitas warga setempat di tengah keterbatasan sarana. Hehehehe...salam keren! Salam cinta Nusantara.
Ditulis @wan untuk Inspirasiana. Ed: Snd.